Ada orang tua yang hanya mengutamakan hasil raport saja, sehingga ketika hasil raport atau nilai-nilai akademisnya tinggi, beliau terlihat senang dan bangga sekali. Namun ketika nilai-nilai anaknya turun, beliau terlihat kesal dan marah.
Sebenarnya sudah lama saya ingin menuliskan hal ini, namun sekarang baru ada kesempatan untuk submit tulisan ini ke blog.
Pintar yang hakiki adalah mengilmui lalu mengamalkan |
Kembali kepada tema tulisan ini.
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata:
Bukanlah orang yang berakal yang sebatas mengetahui kebaikan dan mengetahui keburukan.
Tetapi orang yang berakal adalah yang apabila melihat kebaikan dia mengikutinya, dan bila melihat keburukan dia meninggalkannya. (Hilyatul Auliya 8/339)
Dari perkataan di atas, ternyata pengetahuan saja tidak cukup, pintar dan mengetahui informasi saja tidak cukup. Diperlukan pengamalan dan aksi nyata terhadap ilmu yang sudah diketahui.
Kita sering membaca di media masa bahwa banyak orang pintar dan terdidik ternyata tersangkut masalah korupsi. Kita juga sering menemukan bahwa ada seorang yang ditokohkan yang saya yakin dia pasti mengetahui bahaya narkoba, namun tertangkap sedang memakai atau membawa barang tersebut.
Bahkan kita pernah mendapati bahwa ada seseorang yang tahu shalat lima waktu itu wajib, akan tetapi dia tidak mengerjakannya.
Akan banyak contoh kalau saya uraikan satu persatu. Namun cukuplah contoh-contoh di atas saya tuliskan sebagai ilustrasi bahwa sekedar mengetahui ilmu saja tidak cukup.
Kesimpulannya bahwa mereka itu pada hakikatnya mengetahui bahwa sesuatu hal tersebut baik bahkan diwajibkan namun mereka tidak mengikutinya, tidak mengamalkannya. Sebaliknya pada dasarnya mereka itu paham akan keburukan sesuatu tetapi mereka tidak meninggalkannya.
Pintar saja tidak cukup
Melalui realitas keseharian yang kita temui, maka sekarang kita tahu bahwa pintar saja tidak cukup. Yang paling penting untuk anak anak adalah pendidikan karakter dan aqidah yang kuat sehingga mereka akan mengikuti dan mengamalkan kebaikan dan menjauhi segala keburukan.
Telah berkali-kali saya katakan, saya bukanlah ahli dibidang ilmu parenting. Saya hanya membaca buku buku ustadz/para praktisi parenting atau tulisan mereka serta mendengar ceramah mereka. Jika saya sharing pengalaman saya di sini, bukanlah berarti saya ahli melainkan saya melakukan apa yang pernah didapat lalu mendokumentasikannya di blog ini.
Bagaimana agar anak mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan?
Pertanyaan di atas mungkin agak gampang, namun agak sulit dalam pelaksanaannya. Diperlukan sejuta kesabaran dan doa dalam proses pendidikan anak menuju anak yang berkarakter.
Bisa jadi diawal-awal pelaksanaan menemui jalan buntu, namun sangat diperlukan kekonsistenan dalam pengimplementasian. In syaa Allah dengan pertolongan Allah Ta’ala, semua menjadi mudah.
Saya akan tuliskan dokumentasi kegiatan aktivitas pembelajaran dalam rangka membiasakan anak mengamalkan apa yang sudah dipelajari.
Di bawah ini adalah list aktivitas pembelajaran yang sempat kami dokumentasikan
- Anak anak sudah diajarkan tentang adab dan doa makan.
Alhamdulillah, mereka sudah mengetahui dan hapal doanya. Dari teori yang saya dapat, aktivitas pembelajaran itu belum cukup (sekedar memberitahu kepada anak dan anak sudah menghapalnya itu belum cukup), bahkan yang lebih penting dari tahap ini adalah follow up (tindak lanjut).
Dalam setiap makan bersama, saya perhatikan adab yang sudah diajarkan . Jika ada yang lupa membaca basmalah, segera saya ingatkan. Kadang disuatu hari mereka membaca basmalah, dilain hari ada yang lupa membacanya. Tidak apa apa, karena membentuk kebiasaan ini memerlukan proses.
Saya terus mengingatkan, jujur saja saya juga kadang kadang sering lupa mengingatkan mereka, namun Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah sebagian besar kegiatan makan bersama ini sudah mulai terbentuk sebuah kebiasaan, yaitu makan dengan tangan kanan, membaca doa sebelum dan sesudah makan, dan adab lainnya walaupun sampai saat saya menulis dokumentasi ini masih saja kami saling mengingatkan tentang pelajaran ini.
- Anak anak sudah dikenalkan salah satu cara untuk melatih learning ability (kemampuan untuk menangkap informasi).
Saya kenalkan kepada mereka salah satu aktivitas belajar yaitu: membaca sebuah buku, setelah itu mereka menuliskan pokok pikiran apa yang didapat dari tulisan itu dengan bahasa mereka sendiri.
Lalu saya tanyakan kembali sesuatu hal untuk menguji pemahaman mereka. Kadang-kadang mereka tidak tuliskan ide-ide itu di kertas melainkan menceritakan (secara lisan) kepada saya, setelah itu kami berdiskusi tentang hal itu untuk memancing rasa keingintahuan anak anak.
- Anak anak sudah diajarkan tentang kebersihan dan akibat buruk dari kotor.
Untuk itu sebagai tindak lanjut pembelajaran itu, saya selalu ingatkan jika sehabis makan selalu merapikan semuanya bersama-sama dengan langsung meletakkan piring kotor di tempatnya. Jika ada yang membuang sampah atau kertas setelah bermain, selalu saya pegang tangannya, dan mengatakan kepadanya,”yuk buang kertas ini di tempat sampah” sambil mengajaknya ke tempat sampah bersama.
Itulah beberapa dokumentasi saya dalam aktivitas belajar ini.
Kesimpulan
1. Mendidik anak agar pintar itu sangat baik, siapa orang tua yang tidak senang anaknya pintar berhitung, berbahasa asing, berprestasi dalam bidang akademis di sekolah mereka maupun non akademis. Namun lebih baik lagi jika fokus juga dalam pendidikan tauhid, aqidah, karakter, akhlak, dan adab, sehingga jika mereka mengetahui kebaikan mereka akan mengikutinya dan mengamalkannya dan jika mereka mengetahui sesuatu hal yang buruk mereka akan menjauhinya.
2. Tindak lanjut (follow up) adalah langkah yang penting setelah mengajarkan mereka, yaitu membuat cek list atau selalu bertanya (mengingatkan) tentang apa yang telah mereka pelajari.
3. Pintar yang hakiki adalah pintar dalam mengilmui sesuatu dan mengamalkan ilmu yang sudah didapatnya.
4. Orang yang pintar dan berakal itu jika sudah mengetahui kebaikan ia akan mengerjakannya dan jika ia sudah mengetahui keburukan ia akan menjauhinya.
0 comments:
Post a Comment