Catatan ini terkait erat dengan catatan sebelumnya, yaitu bagaimana cara mengajari anak untuk menyusun tujuan dan strategi mencapai tujuan.

Anak usia mulai dari enam tahun biasanya sudah mampu untuk membuat sebuah keputusan yang didasarkan atas kemampuannya melihat lingkungannya.

Ia sudah paham akan keinginannya, membentuk gambaran mental dari masa lalu dan masa depan, dan sudah bisa menjelaskan ini semua kepada orang lain.

Hal ini karena semakin berkembangnya kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir inilah sebagai dasar ia belajar membuat keputusan, mengatur sikapnya, belajar mengatasi tantangan yang lebih kompleks, dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Oleh karena kemampuan berpikirnya semakin berkembang, maka orang-tua harus melatihnya keterampilan yang penting untuk hidupnya, yaitu keterampilan membuat/menyusun rencana (planning) dan keterampilan merefleksikan sesuatu (reflection).

Maksudnya adalah dengan memberikan anak kesempatan membuat rencananya sendiri dan memilih plan sesuai dengan keinginan mereka.


mengajarkan anak membuat planning atau perencanaan



Ketika membiasakan anak untuk menyusun rencana, itu artinya orang-tua harus mendorong dan memberikan semangat kepada anaknya untuk mengidentifikasi goal/tujuannya dan mendukung anak untuk mendapatkan/menghasilkan strategi untuk mencapai goalnya.

Aktivitas planning ini melibatkan beberapa kegiatan yang anak harus berlatih sejak dini agar terbiasa sampai dewasa, misalnya:

- Kegiatan untuk mempertimbangkan apa yang kira-kira ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada tujuan.

- Kegiatan untuk memilih dimana ia akan melakukan usaha untuk mencapai tujuan

- Kegiatan mencari orang yang tepat, sumber daya yang tepat, bahan yang cocok, informasi yang akurat untuk membantunya meraih apa yang ia inginkan.

- Kegiatan menentukan target waktu, kapan ia harus mencapai tujuan, berapa lama ia harus berusaha, dan seterusnya.

- Kegiatan memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi jika ia melakukan hal ini dan itu.

- Kegiatan untuk mengenal atau memperkirakan kira-kira hambatan atau rintangan apa yang menghalanginya untuk mencapai tujuannya.

- Kegiatan untuk merencanakan kira-kira solusi apa yang harus diupayakan untuk mengatasi hambatan.

Saya telah menyebutkan dua keterampilan untuk diajarkan pada masa golden age anak (masa keemasan anak) di atas yaitu planning dan reflection. Saya telah membahas planning, sekarang saya akan overview tentang refleksi.

Reflection pada intinya adalah keterampilan mengingat atau (recalling informasi/pengalaman) dengan melibatkan analisis.


refleksi adalah keterampilan yang harus diajarkan kepada anak, ini caranya.



Anak-anak yang tumbuh dengan normal, pada umumnya mempunyai memori atau ingatan yang baik. Apalagi anak yang distimulasi oleh orang-tuanya, memori mereka akan lebih baik lagi.

Biasanya mereka dapat mengingat dengan baik pengalaman mereka, misalnya ketika liburan, pengalaman di sekolah, pengalaman yang ia hadapi sebulan lalu, dan sebagainya. Kemampuan mengingat atau mengambil informasi kembali dari otaknya ini disebut remembering.

Sedangkan refleksi adalah remembering ditambah analisis. Maksudnya adalah kemampuan menganalisis pengalaman atau informasi yang sudah didapatnya untuk diambil pelajaran, diambil moral of the storynya, diambil kesimpulannya, dan seterusnya.

Melatih dan mengajarkan keterampilan reflection kepada anak maksudnya adalah mendorong mereka bercerita pengalaman-pengalaman yang sudah didapat mereka, dan juga ini yang penting, kita juga mendorong agar ia berpikir tentang kejadian/pengalaman tersebut apakah ada yang dapat diambil pelajaran dengan pengalaman itu, apa yang ia temukan atau apa pelajaran yang ia dapat.

Contoh praktek:

Anda sebagai orang-tua, setelah mendengar dengan empati pengalaman anak anda, anda dapat merangsang atau menstimulasi keterampilan refleksi ia dengan mengajukan pertanyaan seperti:

- apa hal yang menarik menurutmu dari kejadian itu?

- apa hal yang tidak kamu suka dari kejadian itu?

- bagaimana perasaan kamu mengalami kejadian itu?

- bagaimana rencana kamu agar kamu dapat meraih hal yang lebih baik dari pengalaman kamu yang sekarang? (jika mendapat pengalaman yang baik)

- bagaimana rencana kamu agar kamu tidak mengalami hal ini lagi dikemudian hari? (jika ia mengalami hal yang buruk).

Manfaat dari mengajarkan keterampilan refleksi ini adalah agar anak semakin tajam analisisnya dalam membuat evaluasi.

Sekarang kita kupas strategi agar anak terbiasa melakukan planning (perencanaan)


1. Biasakan aktivitas planning sebagai program harian.

Contoh sederhana:

- Mulai hari dengan bertanya, apa yang kamu mau lakukan hari ini, dan bagaimana kamu melakukannya?

Catatan:

Kalau anda baru mulai mengajarkan keterampilan planning kepada anak, mulailah dari hal yang kecil dan sederhana dahulu. Intinya adalah pembiasaan yang mudah dulu, lalu bertahap kepada perencanaan yang lebih kompleks.

2. Berikan support kepada anak terkait yang ia rencanakan.

Contoh sederhana:

- jika anak telah membuat perencanaannya seperti hari ini saya mau membaca buku cerita, setelah itu saya mau bermain di taman dekat rumah.

Maka support ia dengan menyediakan beberapa alternatif buku, suruh ia memilih buku apa yang akan ia baca, tanyakan kepadanya berapa lama kamu membacanya, dan seterusnya.

3. Ajak diskusi mengenai planningnya.

Contoh sederhananya:

- Bagaimana cara kamu melakukannya? apakah perlu bantuan ummi?

Hal yang harus diingat adalah: dengarkan (empati) ketika ia menceritakan planning (rencana)nya.

4. Dorong anak untuk mendokumentasikan planningnya

Contohnya seperti menuliskan rencananya pada sebuah buku khusus, atau di whiteboard kamarnya, dan seterusnya.

Dan juga setelah ia menulis planningnya, biasakan pula untuk mencatat progress aktivitasnya, misalnya dengan tanda ok, in progress, not ok, need help, dan seterusnya.

Strategi agar anak terbiasa melakukan refleksi (reflection)


1. Seperti halnya membiasakan planning setiap hari, biasakan pula aktivitas refleksi.

Contoh sederhana:

- ajak anak berdiskusi, utamanya setelah target waktu yang ia tetapkan di dalam planningnya telah terlewati, inti pembicaraannya antara lain: apa saja yang telah anak lakukan, kesan apa saja yang ia dapatkan setelah melakukan apa yang telah ia rencanakan, dan seterusnya.

2. Menstimulasi keterampilan merefleksikan suatu pengalaman.

Contohnya adalah dengan bertanya, seperti:

- Apa yang terjadi ketika kamu melakukannya?

- Apa yang kamu alami tadi?

- Kenapa kamu melakukan hal itu tadi?

- dan seterusnya

Hal yang perlu diingat adalah berikan komentar yang positif setiap ia bercerita dan merefleksikan pengalamannya.


3. Mendorong anak untuk melanjutkan atau membuat planning baru setelah melakukan refleksi atas planning yang telah selesai dilakukan.

Contoh kalimat yang mendorong anak untuk membuat planning baru pasca refleksi:

- Kamu sudah mendapatkan pengalaman yang bagus hari ini, apakah kamu dapat menghasilkan hal yang sama dengan cara lain, kalau kamu mau mencobanya, silakan buat rencananya untuk esok hari.

- Tidak apa-apa nak, kamu sudah mencobanya walaupun belum selesai. Apakah kamu mau mencoba lagi dengan cara lain? apakah kamu minta tolong kepada orang lain? kalau iya kepada siapa? atau kamu perlu bahan dan alat tambahan? Coba tuliskan di kertas rencanamu itu.

Kesimpulan:


1. Di masa golden age (masa keemasan) anak, salah satu keterampilan yang harus diasah adalah membuat planning dan kemampuan refleksi.

2. Planning adalah keterampilan untuk merencanakan tujuan, merencanakan strategi untuk mencapai tujuan, memprediksi apa yang kira-kira menjadi hambatan, mengantisipasi jikalau ada rintangan.

3. Refleksi adalah kemampuan mengingat atau recalling informasi atau pengalaman yang telah ia dapat pasca eksekusi planning, dengan kata lain kemampuan remembering. Ditambah dengan menganalisis dan mengevaluasi apa yang telah ia dapat.

4. Planning dan refleksi adalah salah satu life skills yang nanti akan terpakai di episode kehidupan mereka berikutnya (dewasa), maka biasakan dan latih keterampilan ini di masa keemasan mereka.


===============

Sumber: http://www.brandeis.edu/lemberg/employees/pdf/planningandreflection.pdf


0 comments:

Post a Comment