Untuk kelengkapan informasi anda, lihat catatan sebelumnya tentang sifat-sifat goal yang sangat berpengaruh terhadap motivasi di sini: http://katakatamanfaat.blogspot.com/2017/11/mana-yang-efektif-goal-sulit-atau-mudah.html
Saya sudah menunjukkan catatan sifat goal yang mempengaruhi motivasi, yaitu poin 1 dan poin 2
Poin 1 dicatat di sini: http://katakatamanfaat.blogspot.com/2017/11/hubungan-goal-setting-dan-motivasi.html
Poin 2 dicatat di sini:
http://katakatamanfaat.blogspot.com/2017/11/mana-yang-efektif-goal-sulit-atau-mudah.html
Kali ini saya akan menunjukkan catatan poin ketiga dan keempat, yaitu:
- Pilihan antara goal yang spesifik atau goal yang general
- Tingkat komitmen terhadap pencapaian goal
Alasan mengapa goal harus spesifik
Goal yang spesifik, ditulis dalam form goal (lihat tulisan tentang contoh form isian goal) secara rinci dan jelas, akan mempengaruhi performa usaha seseorang (baca: tetap termotivasi).
Goal/tujuan yang spesifik mempunyai standar yang jelas, jelas dalam hal kualitas, kuantitas, waktu, dan sebagainya.
Goal yang spesifik adalah bukan goal yang umum, melainkan goal yang berisi hasil yang rinci yang ingin dicapai.
Contoh goal yang general:
- Saya ingin mendapatkan nilai yang baik pada ujian matematika selanjutnya.
Contoh goal yang spesifik:
- Saya ingin mendapat nilai 90 (dari 100) pada ujian matematika selanjutnya.
Mengapa goal yang spesifik lebih baik dari goal yang general? Karena goal yang spesifik membantu seseorang untuk mengukur jenis dan usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan, sehingga performa seseorang dapat meningkat. Dalam kata lain, goal yang spesifik itu lebih membuat seseorang termotivasi daripada goal yang general/umum/samar.
Goal commitment
Setelah membahas tentang tujuan atau goal yang harus spesifik/jelas/rinci, maka poin selanjutnya adalah goal commitment, maksudnya tingkat komitmen dalam pencapaian tujuan.
Goal commitment adalah kebulatan tekad atau ketetapan hati untuk melakukan berbagai aksi dan usaha yang akan mendekatkan diri kepada tujuan yang akan dicapai.
Tingkat kekuatan komitmen akan sangat berpengaruh kepada tingkat kesungguh-sungguhan seseorang dalam usaha mencapai tujuan.
Goal commitment dipengaruhi oleh tingkat kesulitan goal dan tingkat kekhususan atau kerincian goal. Contoh: jika goal tidak realistis atau terlalu sulit, yang terjadi adalah komitmen menurun dan disusul oleh turunnya performa.
Hal lain yang mempengaruhi goal commitment adalah goal intensity dan goal participation.
Goal intensity
Goal intensity maksudnya adalah mental effort atau kuantitas perhatian/pemikiran untuk memformulasikan tujuan/goal dan merumuskan cara bagaimana mencapainya.
Maksud lain dari goal intensity adalah proses mengklarifikasi tujuan. Disebut sebuah proses karena dalam mengklarifikasikan tujuan ada banyak aktivitas di dalamnya mulai dari mengumpulkan fakta/data/informasi tentang goal/tujuan, menuliskan di form, memikirkan cara agar meraih tujuannya, membulatkan tekad untuk mencapainya, membuat komitmen untuk menjalankan rencana supaya dapat mencapai tujuan.
Locke & Latham pada tahun 1990 bercerita bahwa Henderson menemukan bahwa beberapa siswa kelas lima yang merumuskan tujuan membaca dengan detail yang terdiri dari beberapa poin yang jelas dan rinci, kemudian mereka memformulasikan cara agar dapat mencapai tujuan yang telah ditulisnya secara rinci, ternyata mereka mempunyai performa lebih baik daripada siswa yang goal intensity-nya lebih rendah.
Goal participation
Kita telah mengetahui bahwa goal itu ada yang diperoleh secara eksternal, ada yang diperoleh secara internal yaitu dari diri sendiri.
Contoh goal/tujuan yang dirumuskan dari eksternal
- Guru yang memberi tugas untuk membaca dan selesaikan buku panduan sampai habis.
- Seorang sales yang diberikan target penjualan dalam satu bulan oleh sales managernya.
Sebaliknya, ada yang goal/tujuan itu dirumuskan oleh diri sendiri. Umumnya jika goal itu diformulasikan oleh diri sendiri (bukan dari orang lain) , maka akan membawa kepada tingkat kepuasan yang tinggi.
Bagaimana seorang guru dan sales manager memotivasi murid dan sales untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan? Salah satunya adalah dengan goal participation, maksudnya adalah melibatkan murid atau sales tadi dalam memformulasikan tujuan.
Jika mereka berpartisipasi aktif dalam memformulasikan tujuan dan memikirkan cara untuk mencapai tujuan, maka tingkat self-efficacy mereka meningkat dan berpengaruh pada tingkat motivasi yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak dilibatkan dari awal.
Selain melibatkan mereka dalam memformulasikan tujuan/goal, mengatakan kepada mereka "kalian bisa mencapainya" juga dapat meningkatkan self efficacy mereka.
Studi dan penelitian mendapatkan kesimpulan seperti di atas. Salah satunya adalah eksperimen yang dilakukan oleh Schunk pada tahun 1985. Ia melakukan eksperimen kepada murid-murid kelas enam. Ia membagi murid tersebut menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Grup yang diberikan goal oleh guru, yaitu: membaca tujuh halaman pada hari ini dan kerjakan latihannya.
2. Grup yang memformulasikan goal mereka sendiri, guru bertanya kepada mereka,"Berapa halaman yang kamu bisa baca hari ini dan mengerjakan latihannya? Putuskan dan jadikan goal."
3. Grup terakhir adalah grup yang berisi siswa yang membaca tanpa goal yang jelas berapa halaman yang akan ia baca dan berapa latihan soal yang ia kerjakan.
Eksperimen di atas menghasilkan kesimpulan bahwa group yang berada di nomor dua (yang merumuskan tujuan/goalnya sendiri) menghasilkan murid-murid yang mempunyai self-efficacy yang tinggi dan nilai test nya juga lebih tinggi dari murid-murid di grup yang lain.
0 comments:
Post a Comment