Akan tetapi, saya juga menjumpai teman yang lain, mengatakan mereka suka sekali pelajaran matematika ketika sekolah dulu. Ada juga yang berkata,”aku selalu mendapatkan nilai bagus pada pelajaran ini.
Mengapa ada sebagian orang mengatakan matematika itu mudah dan ada sebagian orang mengatakan matematika itu sulit? Mengapa sebagian orang sangat suka sekali pelajaran matematika dan ada yang lainnya tidak suka pelajaran tersebut?
Pada tulisan ini, saya akan menuliskan informasi yang didapat dari berbagai sumber tentang cara agar anak suka pelajaran matematika.
Salah satu faktor fundamental yang mempengaruhi anak itu suka matematika
Ada salah satu faktor yang fundamental yang mempengaruhinya, yaitu bagaimana cara mereka belajar matematika, terutama pada awal-awal mereka belajar bersama orang-tuanya, biasanya saat belajar konsep dasar penambahan dan pengurangan, atau ketika orang-tua mengajarkan bilangan.
Interaksi awal ketika orang-tua mengenalkan dan kemudian mengajarkan matematika ini kemudian yang akan membentuk jiwa sang anak apakah mereka akan suka akan pelajaran matematika atau tidak, apakah mereka akan enjoy belajar dan mudah memahami konsep-konsep matematika atau tidak.
Inilah 5 cara berinteraksi dengan anak-anak ketika mengajarkan mereka matematika
Poin pertama
Perlu menjaga gesture/bahasa tubuh yang baik ketika memberikan motivasi atau sedang mengajari anak matematika. Soft skill ini yang harus dipunyai dan dipraktekkan orang-tua.
Ketika orang-tua mengajari anak dengan perasaan yang positif dan antusias, maka semangat menyukai pelajaran matematika itu akan menular ke anak.
Sebaliknya, ketika perasaan positif itu kurang (misalnya karena dahulu orang-tua memang tidak menyukai pelajaran matematika atau selalu mendapat nilai yang kurang sehingga perasaan itu terbawa hingga dewasa) maka anak akan merasakannya, sehingga merekapun kurang bersemangat.
Mengapa? Karena suasana hati akan terbawa ke anggota badan, maka perasaan “takut/tidak suka” orang-tua akan matematika akan berpengaruh kepada body language orang-tua ketika mengajari anaknya matematika.
Kesimpulan poin ini: orang-tua harus mempunyai antusias tinggi, energetic, serta mempunyai positive feeling terhadap matematika sehingga diharapkan suasana hati yang positif ini akan terbawa kepada bahasa tubuh anda ketika sedang mengajar matematika kepada anak.
Poin kedua
Proses pemikiran pada otak orang dewasa berbeda dengan proses pemikiran otak pada anak. Terlebih otak yang sudah pernah menerima dan mengolah pelajaran/informasi dengan otak yang baru saja menerima informasi.
Ayah bunda tentu saja telah pernah menerima informasi pelajaran (baca: lebih dahulu belajar matematika) di Sekolah Dasar dahulu, sedangkan anak kita baru saja memperolehnya.
Sekarang mereka dalam tahap pembelajaran, dalam arti mereka sedang melakukan aktivitas menerima informasi dan mengolahnya. Oleh karena dalam tahap pembelajaran itulah maka “kesalahan” adalah kondisi yang wajar.
Jadi, ketika anak melakukan kesalahan, baik dalam memahami informasi, mengerjakan soal, dan lain lain, jangan merendahkan anak dengan mengkritik langsung serta berkata yang membuat anak menjadi “down”. Akan tetapi lakukan hal sebaliknya, hargai proses sang anak dalam memahami informasi yang baru diterimanya.
Kesimpulan poin ini: tetap memberi apresiasi kepada anak atas usahanya memahami pelajaran dan usahanya mengerjakan latihan soal-soal yang diberikan setelah itu mendorong anak untuk menjelaskan mengapa dia berpendapat seperti itu, sambil memperhatikan alasannya dan kemudian menjelaskan hal-hal yang tepat kepadanya.
Poin ketiga
Menjelaskan seterang-terangnya kepada anak akan manfaat ilmu matematika pada kehidupan sehari-hari.
Berikanlah contoh keseharian pada kehidupan yang nyata dalam memanfaatkan ilmu matematika.
Misalnya:
– menghitung uang kembalian ketika berbelanja.
– konsep pecahan/persen ketika menghitung diskon belanja, atau konsep pecahan ketika memasak (seperti garam ¼ sendok teh ditambah ½ sendok makan gula, dan seterusnya)
Dengan mengetahui manfaat-manfaat ini, diharapkan sang anak akan semangat mempelajari matematika.
Sebuah semangat yang dilandasi oleh sikap mempersiapkan diri untuk mempraktekkan ilmu matematika pada saat ini dan saat mereka dewasa nanti.
Kesimpulan pada poin ini: timbulkan rasa senang pada pelajaran matematika, dan salah satu faktor menimbulkan rasa suka adalah dengan memberitahukan manfaat yang besar ilmu matematika pada kehidupan sehari-hari.
Poin keempat
Selalu menanamkan mindset bahwa pelajaran matematika adalah ilmu yang dapat dipelajari dengan mudah jika kita bersungguh-sungguh mempelajarinya.
Jika kemudian sang anak menemukan beberapa hal yang belum dimengerti atau terdapat kesalahan interpretasi sehingga salah dalam menjawab soal, tanamkan kepada sang anak bahwa ini wajar dalam proses belajar. Ini adalah hal yang biasa, dan hal yang luar biasa adalah belajar dari kesalahan tersebut.
Kesimpulan pada poin ini: menanamkan mindset yang benar bahwa matematika adalah mudah dipelajari.
Poin kelima
Selalu mengingatkan anak untuk mencatat konsep dasar ilmu yang telah dipelajari di buku khusus dan mengulang-ulangnya.
Dengan demikian sang anak akan mudah me-recall konsep dasar atau rumusan dasar dalam usahanya untuk menyelesaikan soal-soal latihan.
Kesimpulan pada poin ini: mengajarkan note-taking (mencatat hal yang perlu terutama tentang rumusan dasar atau konsep dasar pada subject yang dipelajari), lalu mendorongnya untuk mengulang-ulang catatan tersebut.
Itulah lima usaha yang dapat dilakukan ayah bunda untuk membuat anak-anak suka belajar matematika dan agar pelajaran matematika terasa mudah bagi mereka.
Jika ada tips lain, jangan segan-segan sharing di komentar ya, agar menambah wawasan kami sebagai orang-tua dalam mengajar anak kami di rumah.
Saya menunggu tips cara mudah belajar matematika dan cara belajar matematika yang menyenangkan untuk anak dari sobat pembaca, atau jika ada tambahan informasi mengenai pembelajaran matematika yang lainnya akan saya update pada tulisan ini atau di artikel selanjutnya.
Terima kasih telah membaca, ditunggu komentar dan diskusinya.
0 comments:
Post a Comment