Dulu sekitar tahun 2004 ketika saya masih menjadi pegawai BUMN, saya beberapa kali menemui teman-teman yang gajinya belasan juta, namun memiliki masalah finansial. Entah itu, cicilan kartu kredit yang menumpuk, terlilit hutang dengan temannya, dan lainnya. Padahal kalau dilihat dari segi penampilan lahiriahnya, seperti pakaian, mobil, dan lainnya, kita bisa menyimpulkan secara lahiriah bahwa dia adalah orang yang mapan.
Setelah mendengar curhat mereka, kemudian membaca buku-buku tentang financial planning, personal finance, dan yang senada, maka saya bisa mengambil benang merah masalah mendasar yang menyebabkan mereka jatuh ke dalam financial problem, yaitu tidak digunakannya financial skill yang sangat dasar, yaitu menabung.
Oleh karena itu, saya akan sharing agar anda terinspirasi dan langsung mengimplementasikan aktivitas menabung ini. Semoga sharing saya ini bermanfaat.
Konsep Dasar Management Keuangan Pribadi/Keluarga
1. Mengetahui jumlah pendapatan dan pengeluaran
Periode pencatatan pendapatan dan pengeluaran biasanya dalam satu bulan.
Salah satu contoh sederhana pencatatan adalah dengan mencatatnya di aplikasi spreadsheet, contohnya Calc (salah satu program di LibreOffice).
Dalam contoh di atas, pemasukan atau pendapatan lebih besar dari pengeluaran. Ini adalah kondisi ideal. Namun seringkali kita temukan pengeluaran lebih besar dari pendapatan atau pemasukan.
Nah, dalam kondisi ini, kita harus menentukan pengeluaran apa yang harus diutamakan dan pengeluaran apa yang bisa ditunda.
Untuk mengetahui pos pengeluaran yang harus dikeluarkan segera dan pengeluaran yang bisa ditunda adalah dengan mengetahui konsep kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus segera dipenuhi, jika tidak maka ia akan mengganggu kehidupan kita.
Keinginan adalah segala sesuatu yang bisa ditunda, jika kita tidak penuhi, ia tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap kehidupan kita.
Contoh kebutuhan: bayar kewajiban seperti bayar iuran warga, bayar SPP anak, bayar cicilan hutang, membeli kebutuhan operasional keluarga seperti makanan pokok, air, dan lainnya.
Contoh keinginan: rekreasi, makan di restoran, beli HP terbaru, dan lainnya.
2. Menyusun anggaran
Setelah mengetahui pos pengeluaran dan pos pemasukan, serta memahami kebutuhan vs. keinginan, maka kita dapat membuat anggaran bulanan berdasarkan data-data historis di atas.
Realisasi dari penyusunan anggaran bisa berubah (naik atau turun).
3. Cara simpel pengendalian anggaran
Cara mudah untuk mengendalikan anggaran adalah dengan metode amplop, yaitu membagi uang yang didapat dari pemasukan ke dalam amplop-amplop yang diberi nama sesuai jenis pengeluaran.
Tujuannya adalah agar kita bisa mengeluarkan uang sesuai dengan jenis pengeluaran yang tertulis.
Dengan menjalankan managemen anggaran metode amplop ini, ceklah di akhir bulan:
a. Apakah jumlah pengeluaran sesuai dengan apa yang direncanakan dalam anggaran? Kalau tidak sesuai, analisa mengapa bisa sampai berbeda untuk evaluasi penyusunan anggaran kedepannya.
b. Jika terdapat kekurangan, periksalah kembali rincian pengeluaran untuk menemukan pos-pos yang dapat dioptimalkan. Hal ini akan berguna sebagai dasar evaluasi dalam menyusun anggaran untuk bulan berikutnya.
Misalnya: bila terjadi kenaikan tarif dasar listrik yang mengakibatkan biaya bulanan listrik naik, maka alokasi dana dalam amplop 'biaya listrik' harus disesuaikan dengan tarif baru tersebut.
c. Jika ada uang sisa, kita bisa cek apakah ada yang belum dibayar (terlewat). Jika semua kewajiban sudah dibayar, uang tersebut bisa dimasukkan kembali ke dalam amplop "sedekah", amplop "tabungan", amplop "investasi", atau memenuhi kebutuhan yang lain pada bulan berikutnya.
Update (2024): Kini, kita semakin dipermudah oleh layanan bank, termasuk bank digital dan bank konvensional, serta dompet digital (e-wallet) dalam pengelolaan keuangan pribadi. Berbagai institusi keuangan ini telah menyediakan fasilitas berupa ‘pocket’, dompet, atau rekening terpisah yang dapat kita sesuaikan dengan tujuan keuangan yang beragam. Contohnya, ada pocket yang dikhususkan untuk menabung, pocket lain untuk transaksi belanja online, dan lain-lain.
Cara Menabung Yang Efektif
Kita semua sudah tahu manfaat menabung. Menabung kita lakukan untuk dapat membiayai kebutuhan yang akan datang atau kebutuhan yang mendesak diluar perkiraan (seperti sakit, biaya pengobatan, mobil masuk bengkel, memperbaiki kerusakan di rumah, dst.).
Menabung juga bisa kita lakukan untuk membeli untuk mendapatkan apa-apa yang kita inginkan (lihat kebutuhan vs. keinginan di atas).
Hutang dapat kita hindari dengan aktivitas menabung. Kita dapat menunda "keinginan" dan mendapatkannya dikemudian hari tanpa berhutang dengan konsisten menabung.
Apapun tujuannya, menabung harus direncanakan sejak awal.
Di bawah ini adalah cara simpel namun jika dilakukan dengan konsisten maka akan menjadi efektif.
Saya akan memberikan contoh cara menabung yang efektif dan mudah.
Intinya, buat rencana menabung yang disesuaikan dengan tujuan inti dari menabung.
Contoh rencana menabung sesuai dengan tujuannya
Tujuan menabung: Dapat membeli kambing untuk ibadah kurban di bulan dzulhijjah tahun depan.
Target jumlah tabungan: seharga satu ekor kambing, ambil contoh Rp. 3.000.000,-
Lama menabung: 12 bulan (rencana ini dibuat saat bulan dzulhijjah tahun ini untuk digunakan pada dzulhijjah tahun depan)
Jumlah yang harus ditabung per bulan: 3.000.000 / 12 = 250.000
Jadi setiap bulan, kita harus memasukkan gaji/pendapatan kita sebesar Rp. 250.000,- ke dalam amplop "tabungan ibadah kurban".
Jika pemasukan kita harian (misalnya pedagang atau penjual jasa), maka bisa kita hitung jumlah uang yang harus kita masukkan ke amplop "tabungan ibadah kurban" setiap harinya.
Jumlah yang harus kita masukkan ke amplop per hari: 250.000 / 30 = kurang lebih Rp. 8.400,-
Itu adalah cara mudah untuk menabung, namun ada syaratnya agar menabung ini lebih efektif, yaitu sisihkan uang pemasukan/gaji untuk ditabung atau dimasukkan ke amplop khusus tabungan sejak awal, bukan sisa setelah seluruh pengeluaran terpenuhi.
Catatan tambahan (metode tabungan dengan transfer bank)
Selain metode amplop, bisa juga kita menggunakan metode transfer bank (baik secara online maupun via teller bank).
Caranya adalah:
a. Pisahkan rekening sesuai dengan tujuannya.
b. Contoh jenis rekening pada poin a adalah:
- Rekening khusus untuk menerima pendapatan/pemasukan/gaji.
- Rekening khusus untuk tabungan, misalnya: tabungan haji, tabungan pendidikan anak, dst.
- Rekening khusus untuk operasional bulanan.
c. Setelah ada uang pemasukan bulanan (misalnya: gaji/upah) yang masuk ke rekening gaji, maka kita dapat langsung transfer sejumlah yang telah kita anggarkan ke rekening khusus tabungan.
Kemudian kita transfer sejumlah uang (sesuai dengan jumlah yang kita anggarkan per bulan) ke rekening khusus operasional bulanan.
d. Intinya, kita membayar iuran, listrik, transport, dan operasional bulanan lainnya dari rekening khusus operasional ini, bukan dari rekening lainnya.
Update (2024): Kini, kita semakin dipermudah oleh layanan bank, termasuk bank digital dan bank konvensional, serta dompet digital (e-wallet) dalam pengelolaan keuangan pribadi. Berbagai institusi keuangan ini telah menyediakan fasilitas berupa ‘pocket’, dompet, atau rekening terpisah yang dapat kita sesuaikan dengan tujuan keuangan yang beragam. Contohnya, ada pocket yang dikhususkan untuk menabung, pocket lain untuk transaksi belanja online, dan lain-lain. Jadi kita bisa membuat beberapa poket di rekening utama yang sama pada bank yang sama alias tidak perlu membuat rekening baru.
Penutup
Aktivitas menabung, jika direncanakan dan dibiasakan akan mudah untuk diimplementasikan. Kita akan mendapatkan manfaat yang banyak dari menabung. Jadi mulailah menabung dari sekarang.
Setelah anda membaca tulisan ini, segera ambil pena, kertas, kemudian buatlah rencana tabungan seperti contoh di atas dengan mempertimbangkan histori data pemasukan dan pengeluaran yang anda ingat.
Kemudian, jalankan rencana tersebut dengan konsisten, dan anda akan mendapatkan manfaatnya. In syaa Allah.
0 comments:
Post a Comment