Catatan ini adalah sambungan dari catatan sebelumnya yaitu pengenalan time management untuk anak.
Membantu anak untuk menyusun aktivitasnya akan membuat sesuatu lebih mudah, baik bagi orang tua dan bagi anaknya. Hal ini juga dapat membuat waktu kebersamaan orang tua dengan anak akan lebih baik atau lebih dinikmati dengan baik.
Umumnya, para orang tua terutama ayah kebanyakan harinya berada di kantor kemudian pulang ke rumah. Begitu juga dengan anak, kebanyakan waktu mereka juga antara di rumah dan di sekolah.
Diantara waktu itu, terdapat waktu transisi, yaitu waktu anak atau orang tua berada diantara dua aktivitas. Waktu transisi inilah yang biasanya tidak termanfaatkan dengan baik.
Ada yang menamakan waktu transisi, ada yang menamakan waktu ini adalah waktu luang. Waktu luang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan berdampak buruk. Waktu "idle" ini, jika tidak diisi dengan hal yang bermanfaat, akan terisi oleh hal yang tidak bermanfaat bahkan merusak.
Biasanya anak-anak akan berbuat yang tidak baik, jika ia tidak memanfaatkan waktu luangnya. Ketika dia sibuk mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat, maka ia terhindar dari berbuat keburukan.
Contohnya sudah banyak, kejadiannya sudah kita baca di koran-koran lokal, seperti anak tawuran, anak ikut geng motor, anak menonton film yang tak pantas, anak-anak yang nongkrong di pinggir jalan, anak terkena narkoba, dan banyak contoh lainnya, itu salah satu faktor penyebab utamanya adalah tidak mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai orang tua mengenalkan dan mengajarkan manajemen waktu kepada anak, dan mendorong anak untuk mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Ada banyak cara dalam mendidik anak untuk pandai memanfaatkan waktu. Yang jelas usaha mendidik anak ini memerlukan waktu alias proses dan usaha keras yang terus menerus mulai dari pertama pengenalan sampai sang anak terbiasa melakukannya alias sudah menjadi habit atau tabiatnya. Maksudnya ia melakukannya tanpa disuruh oleh orang-tua, namun dari dorongan diri sendiri.
Contoh latihan dan pendekatan mengatur aktivitas harian anak
1. Pagi hari
Biasanya aktivitas harian dilakukan dari pagi hari, yaitu mulai dari bangun pagi.
Membangunkan anak sebelum subuh agar ia melakukan persiapan shalat subuh (pergi berjamaah ke masjid bagi laki-laki) adalah sebuah perjuangan yang berat pada awalnya. Namun seiring dengan waktu dan usaha yang terus menerus anak akan terbiasa bangun sebelum subuh sendiri tanpa dibangunkan oleh orang-tua.
Pendekatan yang dapat dilakukan:
a. Bangun lebih awal daripada anak.
Misalnya subuh jam 5.00, maka anda harus bangun jam 4.00 atau 4.30.
Ini harus dilakukan agar anda bisa mempersiapkan diri untuk keperluan anda sendiri, misalnya keperluan untuk bekerja di kantor, keperluan di rumah, dan seterusnya. Waktu-waktu sebelum subuh ini sebaiknya dimanfaatkan untuk shalat sunnah seperti shalat witir, memperbanyak doa, dan istighfar. Setelah itu barulah dilanjutkan dengan membangunkan anak.
Untuk awalnya anak dapat dibangunkan beberapa menit sebelum subuh, namun jika ia telah terbiasa, maka anda bisa melatih ia untuk bangun lebih awal lagi untuk shalat malam dan witir.
b. Kadang seseorang lupa untuk melakukan sesuatu yang telah direncanakannya esok pagi.
Untuk menghindari hal itu, bantu anak untuk membuat list aktivitas pagi setelah subuh di kertas atau ditempelkan di dinding kamar atau meja belajar.
c. Buat juga list detailnya seperti mandi, gosok gigi, memakai pakaian, merapikan kasur dan kamar, dan lainnya.
Ini ada contoh tabel list aktivitas pagi hari dalam bahasa Inggris, gambar di bawah hanya sekedar contoh atau ilustrasi, anda harus menambah aktivitas yang paling utama yaitu shalat subuh, dzikir pagi, dan seterusnya.
d. Dorong ia juga untuk membuat check list aktivitas pagi, seperti memeriksa buku pelajaran hari ini, memeriksa alat belajar di tas, memastikan bahwa PR telah selesai dan sudah ada di dalam tas, dan lainnya.
e. Memberikan apresiasi atau reward jika check list telah terpenuhi, seperti senyuman, pelukan, perkataan yang motivatif, dan lainnya.
Apresiasi atau reward yang lebih besar jika setelah satu pekan check list telah terpenuhi, misalnya dapat memilih menu makan sendiri, uang jajan ditambah untuk hari itu, ada tambahan waktu free time atau me time sekitar 10 menit pada sore hari, dan lainnya.
2. Setelah sekolah
Waktu transisi antara aktivitas sekolah dan rumah sangat krusial, biasanya anak-anak sudah bosan atau lelah setelah beraktivitas di sekolah dan ia ingin pulang dan bermain sepuasnya di rumah bersama teman-teman.
Sangat penting bagi orang-tua untuk menghabiskan waktu bersama anak ketika ia pertama melihat orang-tua di rumah. Oleh karena itu dedikasikan waktu anda kira-kira 20 menit atau 25 menit untuk bercengkrama dengan anak, seperti bermain, bercerita, ngobrol, santai, qailulah (berbaring), dan lainnya.
Setelah kondisi anak telah pulih, maka biarkan anak memilih aktivitas selanjutnya, tanyakan alasannya mengapa ia memilih melakukan aktivitas itu.
Contoh yang bisa ditawarkan ke anak adalah aktivitas chores atau tugas rumah seperti membersihkan ruang tamu, kamar, membuang sampah dapur ke tempat sampah di luar, mengangkut baju kotor ke mesin cuci, mengangkat jemuran yang kering, dan seterusnya. Setelah ia mengerjakan aktivitasnya dan membuat check list, maka biarkan ia bermain dengan waktu yang telah ditentukan bersama.
3. Maghrib
Ini adalah waktu-waktu penting, jangan biarkan anak masih di luar rumah. Pastikan ia telah pulang ke rumah, mandi, dan bersiap-siap untuk shalat maghrib.
Setelah anak-anak mengerjakan shalat maghrib, biasakan isi waktu antara maghrib dan isya dengan membaca al-quran atau menghafalnya. Setelah itu persiapan untuk mengerjakan pekerjaan rumah jika ada dan persiapan untuk pelajaran besok di sekolah.
Setelah isya, gunakan waktu seperti membaca buku diluar pelajaran sekolah, buku yang ia minati, atau mengerjakan dan mempelajari hal-hal yang ia minati seperti programming, design di minecraft, atau mengerjakan hal yang sudah disepakati untuk dikerjakan setiap malam seperti menambah hafalan al-quran, dan lainnya.
Di rumah kami, sengaja tidak ada TV, sehingga anak-anak mengisi malamnya dengan membaca buku dan aktivitas bermanfaat lain. Perhatian untuk orang-tua yang di rumahnya ada TV yang masih aktif menyala, tolong dimatikan TV nya. Memang susah pada awalnya, namun jika telah terbiasa maka aktivitas ba'da isya akan semakin positif.
4. Waktu tidur (bedtime)
Setelah beraktivitas ba'da isya, maka terdapat transisi antara aktivitas ba'da isya dan tidur malam. Maka gunakan waktu ini untuk bercengkrama dengan anak. Bisa membacakan buku (read aloud), berbincang sambil menanamkan hal positif, bonding dengan anak, dan seterusnya.
Atur waktu tidur, komunikasikan dengan anak. Setiap hari harus tidur jam sekian dan harus menepatinya. Ingatkan ia akan komitmen waktu tidur jika terlihat belum tidur atau bersiap-siap akan tidur jika waktu tidur sudah tiba.
Atur aktivitas sebelum tidur, seperti gosok gigi, berwudhu, bersih-bersih, mengosongkan kandung kemih agar tidak mengompol, membaca ayat kursi, doa mau tidur, dan lain sebagainya. Buat check list, dan tandai list aktivitas tersebut.
Penutup
Berdasarkan pengalaman kami, memang berat pada awalnya. Anak-anak awalnya tidak mematuhi agenda aktivitas di waktu yang telah ditentukan. Sebagai orang-tua tugas kita adalah mengingatkan mereka terus akan konsekuensi jika anak punya kebiasaan menunda pekerjaan/aktivitas, malas melakukan aktivitas yang telah disepakati pada cek list aktivitas.
Dengan tiap hari berdoa untuk kebaikan anak, kemudian usaha yang tiada henti, lama kelamaan anak akan mempunyai kebiasaan membuat to-do list, menandai aktivitas mana yang belum dan yang sudah, dan melakukan evaluasi terhadapnya. Alhamdulillah sedikit demi sedikit terlihat pada si sulung yang sekarang menginjak SMP dan diikuti adiknya yang kelas enam SD. Sementara kami masih berjuang untuk si jagoan yang ketiga dan keempat untuk konsisten melaksanakan tugas-tugasnya. Semoga mereka dapat mengikuti jejak kakak-kakaknya. Aamiin.
Catatan: Yang paling utama dibiasakan kepada anak-anak adalah untuk shalat dengan tepat waktu, bagi anak laki dikerjakan berjamaah di masjid, dan bagi anak perempuan dikerjakan di rumah. Kalau ini diharapkan orang-tua tegas untuk melakukan pembiasaan pada anak, sebab shalat ini tiangnya agama.
0 comments:
Post a Comment