Manusia tidak terlepas dari dua keadaan yaitu sukses dan gagal, bahagia dan sedih, lapang dan sempit, mulus dan berliku.

Adalah sunnatullah bahwa manusia tidak akan berada dalam kondisi berhasil terus atau dalam keadaan yang selalu susah.

Bagaikan grafik sinusoidal, maka ia pasti akan berada di grafik menuju naik ke atas, lalu puncak, setelah itu ia akan turun menuju ke bawah, setelah itu berada di titik paling bawah, dan seterusnya.

Ia akan terus diuji dengan nikmat dan musibah sampai ia diwafatkan oleh Allah Ta'ala.

Begitu juga halnya dengan kesedihan, setiap manusia pasti merasakannya. Bahkan para Nabi, manusia pilihan Allahpun merasakannya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merasakan kesedihan ketika putra beliau wafat. Pun begitu juga dengan Nabi Ya'qub alaihis salam ketika kehilangan putranya Yusuf.

Marilah kita simak catatan bagaimana menyikapi kesedihan dalam Islam, cara mencegah perasaan sedih yang mendalam sehingga diri menjadi sangat terpuruk, serta mengobati rasa sedih yang dicontohkan para Nabi.

Catatan ini disarikan dari buku "Dahsyatnya pengaruh amal shalih dalam kehidupan seorang muslim", pustaka Darul Haq.

Tentang rasa sedih


Sedih inilah yang disebut depresi dalam ilmu psikologi.

Umumnya, keadaan sedih disebabkan oleh sebuah trigger yaitu kejadian tertentu, atau beberapa kejadian yang dialami oleh seseorang.

Contohnya:

- kehilangan atau kematian seseorang yang dicintai seperti suami, istri, anak, ayah, ibu, dan seterusnya.

- kerugian materi, seperti rugi dalam perdagangan, di PHK di tempat kerja, ditipu orang, dan lainnya.

- keadaan sosial yang tidak cocok bagi nafsunya, seperti kemiskinan yang melanda, tidak punya barang yang diidamkannya, selalu menjadi bawahan, dan yang lainnya.

- Dan kejadian lainnya.

Sebenarnya kejadian-kejadian tersebut adalah perkara yang wajar dan akan menimpa setiap manusia. Namun, ada yang menyikapinya secara benar dan ada juga yang berlebihan. Tidak ada seorangpun yang bisa menyelamatkan diri darinya kecuali dengan pengobatan Qur'ani dan pengobatan yang dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.


Menyikapi kesedihan yang dicontohkan Nabi


Rasulullah telah bersabda pada saat kematian anak beliau:

"Sesungguhnya mata ini meneteskan air mata dan hati ini bersedih, namun kita tidak berkata-kata kecuali yang diridhai Rabb kita, dan sesungguhnya kami benar-benar bersedih karena berpisah darimu, wahai Ibrahim."

Simaklah kisah Nabi Ya'qub alaihis salam, beliau mengadukan kesedihannya kepada Allah pada saat ia kehilangan putra kesayangannya Nabi Yusuf alaihis salam, beliau berkata:

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf:86).

Pencegahan dari kesedihan mendalam


Rasa sedih akibat respon atas kejadian yang menimpa adalah wajar dan merupakan fitrah manusia. Akan tetapi jika fitrah ini berlanjut hingga masa-masa yang panjang sehingga ia sedih di setiap waktu-waktunya, maka ini semakin membuat keadaan berubah menjadi kesengsaraan jiwa yang harus segera diobati sebagaimana penyakit lain.

Pada saat itu pula kesedihan akan berubah menjadi pintu gerbang besar dimana setan dapat masuk kepada manusia melalui celah-celahnya, lalu dia akan melakukan apa saja yang dia kehendaki di dalam diri manusia berupa rayuan dan godaan dengan menghiasi berbagai macam maksiat dan kemungkaran.

Sebagai pencegahan atas kondisi tersebut, maka Rasulullah mengingatkan kita bahwa kita dilarang berlebihan dalam bersedih pada saat tertimpa musibah, agar kita tidak terjerumus dalam berbagai macam kemungkaran dan tidak berkeluh kesah terhadap ketentuan Allah.

Lalu, jangan berhenti melakukan amal-amal shalih yang dapat mengokohkan ketetapan hati manusia dan keimanannya, dan ridha terhadap qadha dan qadar Allah.

Nabi Ya'qub mencontohkan kepada kita bagaimana beliau menggantungkan diri hanya kepada Allah saja ketika kehilangan anak yang ia cintai selama bertahun-tahun bahkan ia tidak mengetahui apapun tentang anaknya itu selama itu pula. Setelah itu dia juga kehilangan anaknya yang lain saat dia bepergian dengan saudara-saudaranya ke Mesir.

Beliau bersedih, akan tetapi beliau tidak berkeluh kesah, bahkan beliau tetap pada perjanjiannya dengan Allah. Semakin bertambah pula ketergantungannya kepada Rabbnya, semakin bertambah pula keyakinannya kepada Allah dan hikmah-hikmahNya.

Beliau bersabar dan mengharap pahala kepada Allah, maka beliau berkata:

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf:86).

Hanya kepada Allah saja beliau mengadu, bukan kepada makhluk.

Oleh karena itu kita juga harus mengambil pelajaran dari kisah ini ketika ditimpa kesedihan. Kita harus mengadukan persoalan hanya kepada Allah saja, bergantung hanya kepada Allah, bukan kepada makhlukNya, bukan pula berlari kepada minuman keras, obat bius, atau yang lainnya.

Di bawah ini adalah doa ketika ditimpa kesedihan, dimana jika seseorang ditimpa kesedihan lalu membaca doa ini maka Allah akan menghilangkan kesedihan dan kesusahannya, serta menggantikannya dengan kegembiraan. (sumber: buku doa dan wirid, ustadz Yazid Jawas).


obat penawar kesedihan dengan doa ketika mengalami sedih


Jadi, ketika ditimpa sesuatu yang membuat kita sedih, maka perbanyak doa di atas.

=========

Baca juga solusi menghilangkan kegelisahan dalam Islam

0 comments:

Post a Comment