Diambil dari buku "Ayah, ditemani sunyi aku merindukanmu", penulis Abu 'uyainah as-sahaby, pustaka muslim. Tulisan setelah kata pengantar dari penerbit, yang merupakan pembuka tulisan oleh sang penulis.


buku tentang parenting ayah dan berbakti kepada ayah



Saya tulis ulang di blog ini karena saya terinspirasi oleh tulisan ini setelah membaca buku ini, dan agar kata-kata inspiratif ini lebih tersebar. Untuk lebih menikmati bacaan ini, silakan beli dan baca bukunya.







Ayah, ditemani sunyi aku merindukanmu


Ayah...

Jika angin berhembus membawa cerita, bumi yang bergetar tanda bencana, awan berkabut hitam tanda bahaya. Maka, ketika aku terdiam di dekat pintu, tanpa berpikir waktu menanti kepulanganmu, adalah tanda bahwa aku sangat sayang kepadamu. Aku sayang kepadamu bukan karena engkau pemilik harta berlimpah, rumah yang sangat mahal lagi megah, kedudukan yang tinggi sehingga setiap orang berkata, "wah". Akan tetapi, aku sayang kepadamu ayah karena....... karena aku hanya memiliki seorang ayah. Ya, aku hanya memiliki seorang ayah. Dan aku tidak ingin kepunyaanku yang sangat berharga dan satu-satunya di dunia ini, harus pergi menghilang entah di bawah langit mana, yang sangat aku harapkan dapat mengecup keningku dengan kasih sayangnya.


Terdiam di depan pintu menanti kepulanganmu



Ayah...

Cukuplah bagiku menanti hari yang tidak akan pernah berganti. Untuk kepergianmu dariku, seseorang yang seharusnya engkau cintai dan sayangi. Yang kini tengah terduduk sendiri berteman sunyi, berharap dapat engkau temui, lalu engkau berkata kepadanya,"Nak, maafkan ayah yang telah meninggalkanmu sendiri.."


Terduduk sendiri berteman sepi menanti ayah



Ayah...

Biarkanlah langit ini berlapis tujuh. Samudra atlantik terhampar luas. Tetesan air mata seorang ibu kehilangan tak ternilai harganya. Tahta kerajaan dunia tak akan didapat kecuali setelah berkorban nyawa. Karena bagi diriku, cukuplah seorang ayah penuh kasih sayang dan cinta yang paling berharga.


Samudra yang terhampar luas



Ayah...

Aku masih ingat saat sakit demam. Dipertengahan malam, berteman gelap dan kesunyian, engkau bangunkan ibu untuk bergantian menjagaku yang tengah mengeram kedinginan. Lalu engkau menyelimutiku dan meletakkan di atas keningku sehelai kain tebal yang telah ayah basahi dengan air hangat sembari berucap,"semoga cepat sembuh ya nak" dan entah mengapa kejadian puluhan tahun lalu itu masih teringat olehku.


Ayah menjaga ketika aku demam



Ayah...

Saat dingin menyelimuti, panasnya matahari yang membakar diri, gelapnya malam yang tak kunjung pergi. Entah mengapa yang aku ingat adalah engkau, yang aku rindukan adalah senyum teduhmu, yang aku harapkan adalah kehadiranmu. Dan entah mengapa aku selalu teringat bayanganmu yang kini tak muda lagi, bahumu yang engkau gunakan untuk mencari sesuap rezeki, tetesan keringat yang senantiasa menemani, matahari yang menjadi teman sejati, saat engkau mengayuh sepeda tuamu di awal hari.


Ayah mengawali hari dengan bersepeda mencari nafkah



Ayah...

Aku sadari bahwa aku bukanlah mimpi indahmu, langit teduhmu, angin sejukmu, awan rindumu, laut cintamu dan samudera kasih sayangmu. Namun ayah , diriku sangatlah berharap, kelak akulah diantara anak-anak yang mampu mencintai, menyayangi, merindui ayahnya sendiri, hingga terucaplah setangkai kata-kata cinta,"Ayah ditemani sunyi aku merindukanmu" kepada ayahku yang aku sayangi.


Ayah, ditemani sunyi aku merindumu


Ya Allah, Berikanlah pada anaknya ini ilmu agama yang shahih, pasangan hidup yang shalihah, akhlak mulia dan hati yang senantiasa ikhlas mengharap surga-Mu.


0 comments:

Post a Comment