Pada kultum kali ini akan dikupas tentang ikhlas dalam beribadah. Mengapa ikhlas dalam beramal menjadi topik kultum? Karena ikhlas adalah salah satu syarat agar ibadah kita diterima, oleh sebab itu pengetahuan tentang ikhlas ini sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan.

Kultum tentang ikhlas ini akan membahas:

1. Definisi atau arti ikhlas, baik secara bahasa dan secara syar'i.
2. Makna ikhlas oleh salah satu 'ulama yaitu Abu Utsman An-Naisaburi
3. Penghancur ikhlas.
4. Kiat mendapatkan keikhlasan.
5. Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan sunnah tentang ikhlas dan keutamaannya.

Sekarang kita akan bahas satu persatu tentang ikhlas dengan singkat dan jelas.


kultum kiat mendapatkan keikhlasan dalam beramal


Definisi Ikhlas


a. Secara bahasa => Ikhlas adalah murni.

b. Secara syar'i => Ikhlas artinya memurnikan amal dari setiap kotoran-kotoran yang mengotorinya, misalnya: meminta kedudukan dihati manusia; mengharapkan pujian manusia; lari dari celaan manusia; mencari pengagungan manusia; meminta harta dari manusia, dan lain sebagainya.


Menjaga keikhlasan


Seorang hamba ketika beramal, harus menjaga keikhlasan di seluruh proses amal tersebut, yaitu:

a. Sebelum beramal atau melakukan ibadah.

b. Ketika beramal atau ketika sedang melakukan ibadah.

c. Setelah beramal atau sesudah melakukan ibadah.


Seorang hamba yang ingin amalnya diterima oleh Allah Ta'ala, maka dia harus menjaga keikhlasan di tiga waktu di atas.


Makna ikhlas menurut 'ulama


Saya akan menguraikan makna ikhlas menurut 'ulama besar yaitu Abu Utsman An-Naisaburi. 

Beliau mengatakan ada empat makna ikhlas yang harus diamalkan oleh setiap manusia, yaitu:

a. Ikhlas itu adalah engkau beribadah kepada Allah dengan mengharapkan ridho Allah dan takut akan murka Allah, seakan-akan engkau dalam beribadah melihat Allah dan bila tidak bisa maka meyakini bahwa Allah melihat engkau. 

Dengan mengamalkan ini maka riya' akan hilang di hatimu.

b. Menyadari bahwa seorang hamba yang melakukan ibadah dan amal ketaatan lainnya, itu semata-mata adalah nikmat dari Allah, dan hidayah taufiq dari Allah sehingga ia dapat melakukan amal shalih.

Dengan mengamalkan ini maka ujub akan hilang dari dirinya.

c. Dalam beribadah, hendaknya mengikuti sunnah, tidak mengikuti hawa nafsu, menggunakan kelembutan dan ketenangan, sehingga hilanglah ketergesa-gesaan.

d. Jika engkau selesai melakukan amal shalih maka hendaknya engkau merasa takut bahwa Allah menolak amalmu, dan selalu berharap Allah menerima amalmu.


Maka, kata beliau,"siapa yang mengumpulkan empat hal ini maka engkau sudah dikategorikan ikhlas dalam melakukan sebuah amal shalih.


Setelah kita mengetahui makna ikhlas, maka selanjutnya akan dikupas tentang apa saja penghancur keikhlasan. 

Penghancur keikhlasan


Ada dua hal yang menjadi sebab hancurnya ikhlas, yaitu ujub dan riya'.

a. Ujub.

Ujub adalah merasa bangga atas amal yang dilakukan.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tsalaatsun muhlikaatun: syahhun muthaa'un, wa huwaya mutaba'un, wa i'jaab al mar-i binafsihi.

“Tiga perkara yang membinasakan: kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” [Silsilah Shahihah, no. 1802] (1)

b. Riya' 

Riya' adalah kita beramal shalih dengan tujuan ingin dilihat oleh orang. 

Sebab riya' adalah cinta pujian manusia, takut celaan manusia, mengharapkan yang ada di tangan manusia.


Setelah mengetahui apa saya yang bisa merusak keikhlasan dalam beribadah, maka seharusnya kita berusaha menjauhi hal tersebut.

Kiat mendapatkan keikhlasan


Ada enam kiat yang harus dilakukan agar kita mendapatkan keikhlasan, yaitu:

a. Zuhud terhadap pujian manusia dan celaan manusia. 
Artinya adalah tidak mengharapkan pujian dan juga tidak takut celaan manusia. Dengan kata lain, jikapun ada manusia yang memujinya atau ada manusia yang mencelanya, sikap dia tetap saja tidak berubah alias sama saja, dia fokus kepada amalannya dan berusaha serta berharap agar amalannya diterima Allah.

b. Berdoa kepada Allah.
Allah Ta'ala yang memberikan hidayah taufiq, maka hendaknya kita selalu memohon kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam beribadah.

c. Berteman dengan orang-orang yang ikhlas. 
Saya telah menuliskan tentang pentingnya teman yang shalih dan pengaruh teman yang baik, silakan membaca untuk menambah referensi kultum. 

d. Membiasakan membaca sejarah/siroh tentang orang-orang yang ikhlas.

e. Memperbanyak amal-amal yang tersembunyi.
Misalnya: puasa sunnah, shalat malam, sedekah dengan langsung memberikan kepada yang berhak sendirian, shalat sunnah rawatib di rumah (untuk shalat wajibnya yang laki-laki di masjid), dan lain lain. 

f. Bersungguh-sungguh dalam mendapatkan keikhlasan.


Dalil Al-Qur'an dan Sunnah tentang Ikhlas


Banyak ayat-ayat Qur'an dan hadits nabi yang menjelaskan tentang ikhlas dan keutamaan ikhlas, diantaranya adalah:

1. Surat Al-Insan ayat 5 sampai 10


Yang artinya kurang lebih adalah:

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari gelas  yang campurannya adalah air kafur, yaitu mata air dalam surga; yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata dimana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan adzab  dari Rabb kami, pada suatu hari; yang pada hari itu orang-orang bermuka masam, penuh kesulitan. (2)

2. Surat Al-Baqarah ayat 265

Yang artinya kurang lebih adalah:

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (3)

3. Hadits dari Abu Hurairah


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

innallaha laa yanzhuru ilaa shuwarikum wa amwalikum walakin yanzhuru ilaa quluubikum wa a'malikum

Yang artinya kurang lebih adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam telah bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian” (4)

Ikhlas itu adalah amalan hati, dan Allah melihat kepada hati kita bukan kepada rupa dan banyaknya harta kita. 


Sebenarnya masih banyak lagi, ayat-ayat dan hadits-hadits shahih yang menyebutkan tentang ikhlas, namun karena kultum ini waktunya singkat, maka kami hanya membahas tiga dalil saja sebagai dasar untuk memotivasi diri agar berusaha untuk ikhlas, menjaga keikhlasan sebelum, sedang, dan setelah beramal. 

Diakhir kultum ini, mari kita berdoa agar kita semua dikaruniai Allah keikhlasan dan dapat menjaganya, serta dapat mengajarkannya kepada keluarga kita. Aamiin.



Sumber:
(1) http://muslim.or.id/6426-tidak-sepantasnya-kita-menyombongkan-diri.html
(2) https://almanhaj.or.id/2978-keutamaan-ikhlas.html
(3) idem
(4) idem

0 comments:

Post a Comment