Peraturan di dalam rumah tangga harus dibuat berdasarkan kesepakatan bersama. Peraturan ini diberlakukan untuk dipatuhi oleh semua anggota keluarga. Alangkah indahnya rumah tangga yang para anggotanya mengetahui dan menaati peraturan, masing-masing mengetahui dan melaksanakan hak dan kewajibannya.

Tak salah bila ada yang bertutur “Baiti Jannatii” alias rumahku surgaku. Semua dari kita pasti memimpikan suasana ideal tersebut.

Namun, seringkali sebagian orang tua melihat dan menemukan anak-anak mereka melanggar peraturan di keluarga mereka. Dan mereka langsung mencap anak nakal terhadap anaknya.

Oleh karena itu, pada sebuah seminar parenting, ada bahasan mengenai bagaimana menghadapi situasi jika anak-anak melanggar peraturan dibuat bersama.

Contoh pelanggaran peraturan


Lihatlah contoh pada keseharian di bawah, dimana anak-anak “sangat kreatif” mencoret-coret tembok sebagai media mereka dalam menggambar, belajar, mewarnai, dan seterusnya.

Padahal peraturan pada keluarga sudah dijelaskan bahwa mencoret dan menggambar bolehnya di kertas atau di papan tulis, tembok dan lantai harus bersih.

sikap orang tua terhadap anak yang melanggar peraturan keluarga


Lalu apa tanggapan orang-tua? Sabar? Marah? Orang tua berhak marah. Malah kalau tidak marah akan menjadi aneh. Nantinya anak-anak akan menjadi tidak tahu aturan, tidak mentaati peraturan yang ada, berbuat sekehendak hatinya dengan tidak memperhatikan aturan.

Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan marah yang bagaimana? Apakah marah-marah yang membentak anak bahkan melibatkan tangan?

Menurut praktisi ilmu parenting, sikap yang benar (menurut beliau) dalam menghadapi anak yang melanggar peraturan adalah:


1. Cukup tunjukkan ekspresi marah kepada anak-anak, ini menunjukkan ke mereka bahwa kita tidak menyukai tindakan mereka.

Dan beritahu mereka dengan kata-kata yang lembut namun tegas, seperti: “ummi tidak suka nanda coret-coret tembok itu, sebaiknya nanda pakai papan tulis yang di ruang tengah kalo mau gambar dan menulis yang besar-besar.” Dan perkataan yang semisalnya.


2. Setelah cooling down, ajak mereka berdialog tentang tindakan mereka.

Setelah dialog, In syaa Allah akan didapat pemahaman, seperti:

- Bisa jadi anak itu melakukan sesuatu, karena dia tidak tahu kalau itu tidak boleh.

- Mungkin saja, memang belum diterapkan peraturan itu di keluarga, namun orang tua mempunyai persepsi bahwa anak pasti sudah tahu bahwa itu dilarang dilakukan. Namun kenyataannya, sang anak sungguh tidak tahu sehingga dia melakukan hal itu.

- Barangkali peraturan tersebut belum disepakati oleh seluruh anggota keluarga, jadi sang anak menganggap hal itu boleh-boleh saja.

- Atau memang anaknya memang nakal dan suka melanggar peraturan. Hal ini memerlukan treatment atau perlakuan khusus.

-Dan banyak lagi kemungkinan penyebab masalah ini, dan tentunya In syaa Allah kita dapat menyelesaikannya dengan anak-anak kita.


3. Pertegas kembali peraturan dengan menginformasikan kembali apa konsekuensi bila melanggar dan apa yang diraih jika taat menjalankan peraturan.

Penutup


Doa orang tua untuk anaknya adalah doa yang mustajab. Mari kita berdoa agar anak kita taat kepada peraturan Rabb-nya dengan melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah Ta’ala.

Semoga anak kita menjadi anak yang shalih dan shalihah yang dapat menjaga amanah dan mentaati peraturan. Aamiin..


0 comments:

Post a Comment