Sifat goal atau tujuan yang dapat memperkuat motivasi adalah:


1. Long-term goal dan short-term goal

2. Tingkat kesulitan untuk mencapai goal (difficult atau easy)

3. Goal yang spesifik atau goal yang umum (general)

4. Goal yang ditetapkan sendiri atau oleh orang lain

5. Tingkat komitmen terhadap pencapaian goal

Pada catatan sebelumnya, saya menunjukkan tentang long-term dan short-term goal dan hubungannya dengan motivasi. Sekarang marilah kita melihat poin kedua yaitu tingkat kesulitan meraih goal.



goal yang sulit atau mudah yang efektif?


Pertanyaan awal tentang tingkat kesulitan goal


Manakah yang lebih efektif, apakah goal yang gampang diraih atau yang sulit diraih.

Menurut Locke & Latham pada tahun 1990, jika seseorang mempunyai kemampuan dan perkiraan akan mencapai goal, maka difficulty goal (goal yang kelihatan sulit) akan mengakibatkan seseorang itu mempunyai performa yang tinggi apalagi jika aktivitas-aktivitas yang dia kerjakan berasal dari dorongan dirinya sendiri (bukan atas perintah orang lain).

Orang seperti ini akan cenderung berusaha ekstra keras untuk mencapai goal yang dia pikir sulit namun yakin bisa dicapai.

Namun yang patut diingat adalah dalam penentuan goal, goal setting jangan yang tidak mungkin dicapai, sulit dicapai boleh saja namun masih mungkin dicapai, jangan yang benar-benar impossible (goal yang tidak mungkin dicapai). Intinya adalah goal harus benar-benar realistis walaupun kelihatannya (dirasa) sulit.

Salah satu bukti lagi bahwa goal yang sulit namun realistis dapat membuat orang untuk berusaha keras dan mempunyai performa tinggi adalah percobaan yang dilakukan oleh Schunk pada tahun 1983.

Schunk melakukan investigasi efek tingkat kesulitan goal dengan performa murid-murid yang nilai aritmetikanya kurang baik.

Schunk membagi murid-murid menjadi dua bagian berdasarkan tingkat kesulitan goal. Grup pertama menerima "difficult goal" dan grup kedua menerima "easy goal".

Setelah diteliti ternyata ditemukan bahwa murid-murid yang berada di grup "difficult goal" dapat menyelesaikan masalah dengan lebih baik dari murid-murid yang berada di grup yang "easy goal". Ditambah lagi anak-anak yang punya "difficult goal" dapat mempertahankan motivasinya untuk belajar aritmetika, sedangkan grup lainnya tidak atau lebih sedikit yang bisa tetap termotivasi.

Kesimpulan:


- Goal yang ditetapkan harus realistis, bisa dicapai, walaupun kelihatannya sulit.

- Goal setting yang terlalu mudah, tidak akan berpengaruh pada motivasi seseorang dan performanya.

- Goal yang kelihatannya sulit, namun realistis, akan berpengaruh pada performa dan motivasi seseorang.


0 comments:

Post a Comment