Suatu ketika, saya pernah membaca sebuah tweet yang isinya kurang lebih, “sedang menikmati quality time dengan anak.. senangnya.”

Pernah juga membaca status di FB, “mudah-mudahan ini dapat menjadi memorable time, sebuah kenangan yang indah nantinya.”

Sebenarnya postingan status diataslah yang menjadi inspirasi saya untuk menulis blog kali ini. Dan saat ini, walau saya sudah menjadi ayahnya anak-anak yang sedang lucu dan bertumbuh, banyak pengalaman berkesan bersama ayah dan bunda dahulu kala hadir kembali bersamaan dengan aktivitas menulis blog ini.

Memorable moment, memorable time, quality time, atau apalah namanya, intinya ini adalah pengalaman berinteraksi yang sangat berkesan dan tak terlupakan bersama ayah dan bunda.

inilah waktu yang tepat untuk komunikasi dan belajar bersama anak


Pernah suatu ketika, saya di jewer dari suatu tempat dan tangan ayahanda tak lepas dari telinga saya, terus begitu sampai tiba di rumah. Betapa malunya saya saat itu, karena ayahanda tercinta melakukannya di depan teman-teman saya.

Saya juga pernah di tendang di bagian kaki (tendangan mendidik tentunya bukan tendangan kekerasan), gara-gara ketika ayahanda membangunkan saya untuk shalat subuh, saya cuek dan tetap dalam posisi tidur. Akhirnya terjadilah kejadian itu.

Saya sempat kesal sejenak, namun tidak sampai lama. Sebab ada banyak interaksi indah yang saya lebih nikmati ketika bersama ayahanda (semoga Allah menjaganya).

Mulai dari main badminton bersama (saya sejak SD mahir bulutangkis loh), mengajari saya renang (saya sudah bisa berenang sejak TK), jalan-jalan berdua, mengajari saya menyetir mobil (mungkin karena saya anak laki satu-satunya kali ya, jadi bertugas nganterin ibunda ke pasar…. saya sudah bisa nyetir mobil kelas lima SD), dan seterusnya.

Semua aktivitas bersama ayahanda saya nikmati betul karena beliau benar-benar hadir jasad dan hatinya, sehingga perhatiannya penuh kepada aktivitas kami saat itu, tidak kepada yang lain.


Maafkan saya, kok jadi cerita masa kecil ya… Kembali ke topik, saya mendapatkan catatan yang berserak tentang waktu yang tepat untuk berinteraksi dengan anak secara berkualitas (quality time). Jadi saya gabungkan saja di blog ini, sehingga saya bisa membaca berulang-ulang di sini.

Jenis interaksi, tempat interaksi, dan waktu interaksi dengan anak


Berinteraksi dalam hal ini dapat berupa:

- memberikan motivasi kepada anak,
- menanyakan kabar anak dan menanyakan kesulitan yang dia hadapi,
- bermain bersama anak,
- membacakan cerita atau bercerita kepada anak,
- mendengarkan keluh kesah sang anak,
- memberikan nasihat dan masukan kepada anak,
- melihat anak melakukan aktivitasnya,
- dan seterusnya.

Tempat untuk berinteraksi bisa di mana saja, contohnya:

- kamar anak,
- kamar orang-tua,
- di meja makan,
- di dalam kendaraan,
- di taman,
- di sekolah,
- di ruang tunggu,
- di jalan,
- di lapangan,
- dan sebagainya.

Waktu untuk berinteraksi bisa menghabiskan 5 menit, 30 menit, 2 jam, dan yang lainnya bisa lebih pendek atau bahkan lebih lama waktunya.

Kapan saat yang tepat untuk berinteraksi dengan anak?


1. Pagi hari


Pagi hari adalah waktu yang paling fresh dimana seseorang memulai aktivitas dihari itu setelah tidur istirahat dimalamnya.

Ada sebuah studi menyebutkan bahwa jika seseorang yang memulai pagi dengan keadaan yang baik, besar kemungkinan dia akan melewati harinya dengan baik pula.

Untuk itulah di pagi hari kita harus memulai interaksi dengan anak-anak dengan baik, seperti:

- obrolan ringan di meja makan sewaktu sarapan pagi bersama,
- jalan kaki bersama anak ketika shalat subuh ke masjid dan perjalanan pulang ke rumah sambil berbincang santai,
- menyuntikan motivasi dan semangat dengan kalimat yang sederhana namun berarti,
- dan seterusnya.

Contoh kata kata motivasi untuk anak untuk saat pagi adalah sebagai berikut:

"Wahai anakku, jika kamu mampu mendapatkan pagi dan petang sementara hatimu tidak membawa kebencian kepada seseorang, maka lakukanlah.
Wahai anakku, sesungguhnya hal itu termasuk sunnahku, barangsiapa menghidupkan sunnahku maka dia mencintaiku. Barangsiapa mecintaiku maka berarti dia bersamaku di surga.
Wahai anakku, jika kamu masuk kepada keluargamu maka ucapkanlah salam, karena ia merupakan keberkahan bagimu dan keluargamu."

Ini adalah nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Anas bin Malik radiallahu ‘anhu. (1)


2. Siang hari.


Ketika anak sedang qailulah atau istirahat siang, saat mereka istirahat sejenak dari kegiatan pagi yang melelahkan biasanya anak-anak dominan berada di kamarnya atau di ruang baca atau di ruang lain yang bisa menimbulkan suasana santai.

Disaat inilah kita bisa berinteraksi dengan menanyakan kabarnya dan memasukkan kalimat-kalimat lembut sebagai penghibur lelahnya.

Mendoakan mereka semisal,”Barakallah fiik”, “semoga Allah memudahkan urusanmu”, dan yang semisalnya dengan suara lembut namun terdengar oleh mereka yang akan membuat mereka lebih semangat dan percaya diri.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendoakan sahabat dan ketika itu sahabat mendengarkan doa beliau.

Salah satu contohnya adalah ketika beliau mendoakan Anas bin Malik radiallahu ‘anhu :

"Ya Allah, limpahkanlah harta dan anak kepadanya, berkahilah dia padanya"

Allah Ta’ala mengabulkan doa Nabi. Anas bin Malik menjadi orang Anshar yang memiliki harta yang banyak, keturunannya pun banyak. (2)


3. Malam hari.


Setelah penat seharian melakukan aktivitas, maka malam hari adalah waktunya istirahat. Di dalam surat An-Naba’, Allah berfirman yang artinya “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian”. Allah menjadikan malam sebagai tempat bermalam dan istirahat bagi manusia.

Disaat-saat inilah moment yang pas untuk bicara dari hati ke hati dengan anak-anak, mendengarkan keluhan dan kesulitan yang dihadapi dalam kesehariannya, memberikan nasihat lembut kepadanya, bercerita untuknya, story telling, membacakan buku untuknya, mendiskusikan tentang visi ke depan dengan santai, menambahkan wawasan tentang ilmu syar’i kepadanya, dan seterusnya.

Contoh cerita pengantar tidur , bisa didengarkan di sini.



4. Diwaktu makan bersama


Disaat ini keakraban antara anggota keluarga semakin hangat bila semua anggotanya melakukan aktivitas ini diwaktu dan tempat yang sama.

Sesekali, saya pernah mengambil menu yang lain dari anak-anak saya. Lalu, ditengah aktivitas makan bersama, saya bilang ke anak,”abi mau cobain yang ini dong, enak gak?”. Setelah sang anak menjawab iya, maka saya ambil sedikit makanan dari piring sang anak, seraya berkata,”hmmm.. enak juga ya”. Lalu menambahkan,”Ahmad mau coba yang abi makan gak? Ini enak juga loh..” walhasil kami saling mencoba makanan masing-masing.

Di waktu makan ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berinteraksi dengan anak kecil dengan menasihatinya dengan kebaikan.

Salah satu contohnya adalah ketika waktu makan beliau menasihati Umar Ibnu Abi Salamah yang ketika itu masih anak-anak.

Umar Ibnu Abi Salamah radhiyallahu’anhuma berkata, “Saya dulu adalah seorang bocah kecil yang ada dalam bimbingan (asuhan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tangan saya (kalau makan) menjelajah semua bagian nampan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menegur saya, ‘Wahai bocah bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang terdekat denganmu.’ Maka demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.” 

(HR. Bukhari dan Muslim) (3)


5. Diwaktu bepergian atau di atas kendaraan.


Diwaktu kita sedang mengajak anak kita jalan-jalan baik jalan kaki atau menggunakan kendaraan, kita bisa berinteraksi dengan anak-anak kita.

Biasanya saya selingi aktivitas ini dengan cerita mengenai masa kecil saya, seperti memulai dengan kalimat,”dulu… waktu abi kecil seusia Ahmad.. Abi juga ikut latihan ….. dan seterusnya”

Ada tips agar anak kita mendengar dan memperhatikan kita ketika kita bercerita dan menyuntikkan motivasi kepada mereka. Mudah-mudahan saya ada waktu untuk mendokumentasikannya di sini.

Sewaktu di atas kendaraan Nabi Muhammad pernah berinteraksi dengan sahabat yang pada waktu itu juga masih kecil yaitu Ibnu Abbas radiallahi ‘anhu. Beliau mengajarkan Ibnu Abbas tentang Tauhid.

Pada suatu hari, aku pernah dibonceng di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.
Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu.
Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu.
Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’”

 [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”] (4)


6. Ketika anak sedang sedih atau galau.


Inilah saat dimana orang tua harus menjadi tempat curhatnya anak. Jika anak-anak tidak mendapati orang-tuanya sebagai tempat mendiskusikan masalah atau orang-tuanya tidak mempunyai empati ketika anak ingin mengutarakan masalahnya, maka anak-anak akan mencari tempat curhatnya di luar.

Untung jika mereka menemukan teman yang baik yang bisa mengajak mereka ke arah kebaikan, jika mereka menemukan teman yang membawa mereka ke arah negatif?

Oleh karena itu, selalu perhatikan kondisi anak kita, selalu siap menjadi pendengar setia cerita dan keluh kesahnya.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berinteraksi dengan seorang anak yang galau alias sedih ketika burung pipitnya mati.

Suatu kali, ketika Nabi datang berkunjung, beliau melihat putra Abu Tholhah yang bergelar Abu Umair sedang bersedih.
Lantas beliau bertanya kepada Ummu Sulaim: “Mengapa Abu Umair bermuka masam?” Ummu Sulaim menjawab: “Karena burungnya yang bernama Nughoir mati.”
Kemudian Rosululloh menemuinya dan berkata: “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada Nughoir?” (5)

Pertanyaan yang menunjukkan empati dan kasih sayang ketika bercengkrama dengan anak kecil yang bernama Abu Umair terutama disaat Abu Umair sedang sedih.


7. Ketika sang anak menunjukkan prestasinya.


Saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinteraksi dengan anak-anak dengan memberikan apresiasi kepadanya, memberikan dorongan agar lebih baik lagi, menyuntikkan semangat, dan mendoakan keberkahan atas prestasinya.

Contohnya ketika Ghayda dan Azka menjuarai lomba hafalan Qur’an (Alhamdulillah), maka kami mengucapkan syukur kepada Allah Ta’ala, mengingatkan kepada mereka bahwa ini adalah semata-mata karunia dari Allah, memeluknya, mendoakannya., dan seterusnya..

Kalimat sederhana seperti,”Barakallah fiikum…”, “Alhamdulillah…. selamat ya… Abi senang kalian jadi juara” dan kalimat sederhana lain yang semisalnya yang menunjukkan apresiasi kita yang akan membuat mereka lebih termotivasi lagi untuk berprestasi dan melakukan hal-hal yang lebih baik lagi.


8. Ketika sedang berjauhan.


Momen ini juga tepat untuk berinteraksi walau terpaut jarak dari anak-anak. Biasanya saya jika di luar pulau atau di negeri sebrang, Alhamdulillah selaluberusaha untuk menyempatkan diri berkomunikasi memanfaatkan teknologi.

Percakapannya sederhana, namun akan membekas di dalam hati sang anak jika kita sungguh-sungguh hadir kepada mereka baik jiwa dan pikiran serta hati kita dengan sungguh-sungguh berinteraksi dengan mereka dengan tidak diselingi dengan aktivitas lain.

Misalnya ketika video call via skype, Aiq menunjukkan baju barunya dan memakainya seraya berkata,”Abi ini baju Aiq…” Saya pun menjawab,”wah bajunya bagus, Aiq tambah cakep deh… Alhamdulillah… belinya sama ummi ya…” Dan saya melihat dia tersenyum senang.

Atau ketika Azka melapor,”Abi… Azka udah muroja’ah surat An-Naazi’at”.. saya menjawab,”Alhamdulillah… barakallah fiik… mantap nih Azka.. mudah-mudahan lancar menghafalnya…”


Penutup


Banyak waktu lain diluar ini, yang bisa kita gunakan untuk menciptakan memorable moment dengan anak kita.

Waktu dimana ketika mereka dewasa kelak dan tinggal bersama keluarga baru mereka nun jauh di sana, mereka akan selalu terkenang saat-saat yang indah bersama kita orang-tuanya.

Saat dimana ketika kita sudah berkalang tanah, mereka akan tetap mendoakan dengan ikhlas kebaikan untuk kita.

Saat dimana mereka akan bercerita kepada anak-anak mereka kisah indah tak terlupakan bersama kita.

Mari kita dapatkan quality time, ciptakan memorable moment, aktivitas kebaikan yang tak terlupakan bersama anak-anak kita. Semoga aktivitas kebaikan kita bersama anak menjadi pemberat timbangan amal kita. Aamiin..



Sumber:

1. http://kisahmuslim.com/sahabat-anas-bin-malik/

2. idem

3. http://muslimah.or.id/aqidah/adab-makan-dan-minum.html

4. http://almanhaj.or.id/content/3484/slash/0/jagalah-allah-azza-wa-jalla-niscaya-allah-azza-wa-jalla-menjagamu/

5. http://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/niswah/565-pemilik-mahar-termulia-ummu-sulaim

6. Quality time dengan anak : http://www.youtube.com/watch?v=c80sKatg3q4


0 comments:

Post a Comment