Empati adalah sebuah kata yang pertama kali saya kenal sewaktu membaca buku buku motivasi pada zaman lulus SMA dahulu.

Kata empati ini terbetik dari hati setelah melakukan sebuah aktivitas pembelajaran bersama anak anak.

Aktivitas tersebut adalah anak anak membaca sebuah buku dari Ustadz Fariq Gasim Anuz yang berjudul “surat surat cinta”, lalu mereka menceritakan kembali apa yang telah mereka baca dengan lisan.

Aktivitas ini terinspirasi dari status Facebook Page learningwithabiandummi tentang kegiatan membaca dan menulis pada tanggal 9 dan 10 Februari 2014.


bagaimana cara menanamkan empati pada anak


Akhirnya pengalaman saya yang terkait dengan kata “empati” ini bermunculan satu persatu.

Contohnya adalah:

- Ketika di dalam mobil di tol jagorawi, saya berada di jalur kanan (jalur cepat), ada sebuah mobil di depan saya yang saya perkirakan kecepatannya hanya 50 atau 60 km per jam. Seluruh mobil di depan saya berusaha memberi isyarat kepada mobil itu agar mengambil jalur di tengah, sebab dengan dia bertahan di jalur cepat, mobil mobil di belakangnya tertahan. Akibatnya bisa ditebak, jalur kanan jadi macet.

Si sopir ini cuek saja dengan keadaan ini, walau sudah diisyaratkan dengan sen kanan, lampu dim, atau klakson, tetap saja dia berjalan santai. Sesuai dengan ungkapan yang terkenal di Jakarta, “yang waras ngalah”, akhirnya mobil di belakangnya menyalipnya dari jalur tengah atau kiri.

- Ketika antri untuk masuk tol dalam kota, saya dan beberapa pengendara lain tertib mengantri. Tiba tiba ada “mobil mewah” dari arah kiri menyodok dengan sempurna. Ini membuat mobil mobil dibelakangnya ramai ramai membunyikan klakson tanda protes. Tapi dia masa bodoh dengan keadaan itu.

- Kali ini kisah tentang seorang perokok di angkot di kota hujan. Pagi itu kami hendak berangkat ke Jakarta. Saya duduk di bangku paling depan. Ada seorang laki laki di belakang saya “ahli hisap”. Oleh karena jendela si sopir tidak terbuka lebar, otomatis asapnya berlari ke arah saya.

Saya sudah berulang kali memberi isyarat, mulai dari batuk yang dibuat buat, menutup hidung dengan sapu tangan, sampai mengipas-ngipaskan tangan agar asap menjauh. Apa reaksi si ahli hisap itu? Saya lirik dia, ternyata dia apatis alias masa bodoh alias cuek saja.

Hati saya sudah mulai panas. Saya banyak berdzikir untuk membuat adem suasana. Sampai pada puncaknya, beberapa ratus meter sebelum kami turun ada percikan abu rokok yang masih ada sedikit nyala apinya mengenai baju tepatnya di tangan kanan saya.

Akhirnya, saya bersuara dengan tenang sambil menahan emosi,” Pak, mohon maaf pak… Bisa dimatiin sementara rokoknya? Ini abu nya kena baju saya?”. Akhirnya dia menjawab,”oh, maaf ya” sambil mematikannya. Alhamdulillah tenang sekarang, ternyata harus ditegur secara lisan dulu baru mau stop sebab jika diberi isyarat dia pura pura tidak tahu.

Masih banyak lagi pengalaman tentang sikap empati ini, tapi saya cukupkan saja sebab fokus tulisan saya kali ini adalah bagaimana mengajarkan sikap empati kepada anak anak. Bagaimana menanamkan sifat empati ini kepada mereka sejak kecil sehingga sifat empati adalah salah satu karakter mereka kelak.


Definisi empati



Saya tidak tahu definisi tepatnya. Kalo dilihat kamus besar bahasa Indonesia, arti empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasikan dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.

Definisi empati yang saya lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Empati kurang lebih sebagai berikut: kemampuan seseorang untuk menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan.

Dari dua sumber diatas saya berusaha menarik kesimpulan bahwa empati adalah: berusaha untuk mendengar dan merasakan apa yang dialami atau dirasakan orang lain, intinya adalah peduli.


Cara menanamkan atau menumbuhkan sikap empati pada anak



Di bawah ini adalah catatan saya dari berbagai sumber tentang bagaimana cara menumbuhkan sikap empati untuk anak:

1. Selalu berdoa agar dikaruniai anak anak yang mempunyai akhlak yang baik.

Doa dari orang tua kepada anaknya adalah maqbul alias di ijabah oleh Allah Ta’ala.


2. Selalu mencontohkan akhlak yang baik kepada anak anak.

Anak anak selalu melihat kepada orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan yang baik dari orang tua kepada anaknya adalah dengan teladan. Artinya orang tua dahulu yang mencontohkan berbuat baik sehingga anak anaknya melihat contoh nyata.

Contohnya:

– Jika sang ayah ingin mendidik anak laki lakinya agar shalat di masjid, maka yang pertama kali yang harus dilakukan ayah adalah ia harus shalat di masjid.

- Jika orang tua ingin anaknya jujur, maka pertama kali yang harus berbuat itu adalah orang tua.

Orang tua tidak boleh berbohong, seringkali tanpa disadari orang tua melakukannya seperti ketika ingin membujuk anaknya agar berhenti menangis dengan berkata,” diamlah anakku nanti ummi beliin es krim yaa…”.

Setelah anaknya diam, ternyata beliau tidak membelikannya es krim. Jadi hati hati jika berjanji kepada anak. Mereka akan ingat janji janji itu.


3. Berinteraksi dengan anak dengan penuh empati.

Contohnya banyak, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Menghadap seluruh badan kepada anak ketika kita berbicara kepadanya.

- Tidak memotong pembicaraan mereka, biarkan mereka berbicara dan dengarkan secara seksama perkataannya, setelah itu barulah kita meresponnya.

- Menyentuh tubuhnya ketika berinteraksi, seperti mengusap kepalanya ketika ingin menasehatinya, atau memegang tangannya ketika mengajak ke suatu tempat, dan seterusnya.

- Menyambutnya dengan hangat dan antusias ketika mereka ingin mengungkapkan sesuatu.

- Membalas sapaannya atau salamnya, ketika mereka memberi salam atau menyapa.


4. Memberi pelajaran tentang muamalah kepada manusia dan mencoba mempraktekkannya dalam keseharian.

Contoh pada point ini adalah:

- Menerangkan kepada mereka berbuat baik kepada adik atau kakak mereka. Setelah itu follow up dengan memperhatikan adab mereka kepada saudara saudaranya, seperti yang telah saya dokumentasikan di mengapa pintar saja tidak cukup?

- Menerangkan kepada mereka akibat dari berbuat buruk kepada orang lain.

- Mengajarkan adab bertamu kepada mereka. Lalu ajak mereka berziarah kepada teman kita, perhatikan apakah mereka sudah mempraktekkan adab tersebut. (ini juga sebagai follow up setelah kita ajarkan adab tersebut).

- Mengajarkan kepada mereka adab menerima tamu. Lalu jika ada teman kita bertamu, libatkan anak anak untuk menerima dan memperlakukan tamu dengan baik, seperti menyiapkan makan atau minum, memberi salam , dan lain lain.

- Melibatkan mereka dalam aktivitas seperti memberi pupuk dan menyiram tanaman (sambil memberitahukan manfaat bagi tanaman jika kita melakukan hal itu), memberi makan hewan seperti kucing, burung, ikan, dan lainnya (sambil bercerita kebaikan apa yang didapat ketika ada seorang yang memberi minum anjing yang kehausan seperti yang dikisahkan di sebuah hadits).


Itulah beberapa dokumentasi cara menanamkan empati kepada anak yang saya dapat dari berbagai sumber.

Jika Anda mempunyai kisah lain dalam pendidikan empati kepada anak, mohon kiranya berbagi informasi bisa dengan menulis komentar di bawah atau via facebook kami di https://www.facebook.com/learningwithabiandummi atau mention di twitter kami di https://twitter.com/abiummiteachme .

Kami dengan senang hati menerima informasi dari Anda, dan saling berbagi info tentang aktivitas belajar empati kepada anak.


0 comments:

Post a Comment