Dalam seri pola pengajaran Rasulullah yang ke dua, saya rangkum metoda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menyampaikan pelajaran.

Sebagai informasi, untuk melengkapi pola-pola atau metode pengajaran yang dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sobat sebaiknya membaca seri pertama yaitu memanfaatkan momen yang pas dalam menyampaikan pelajaran. Di seri pertama, saya juga menyebutkan buku yang menjadi sumber rangkuman ini. Ada baiknya sobat membelinya untuk mendapatkan informasi lengkap tentang contoh Rasulullah dalam mendidik anak.

sikap yang dicontohkan nabi saat memberikan pengajaran nasihat kepada anak



Contoh sikap Nabi ketika menyampaikan pelajaran


1. Menyambut baik setiap orang yang hendak belajar


Di dalam buku-buku siroh dan hadits, disebutkan bahwa beliau menyambut baik orang-orang atau sahabat yang mendatangi beliau untuk menuntut ilmu.

Ada beberapa hal dalam menyambut baik ini, yaitu:


a. Menyambut dengan ucapan atau pujian kepada orang yang ingin menuntut ilmu.
b. Menyambut dengan tindakan fisik, seperti sentuhan, pelukan, dan lain lain kepada orang yang ingin belajar dan menuntut ilmu.
c. Memberikan kabar gembira kepada orang yang ingin menuntut ilmu.
d. Memberikan sambutan yang lapang agar memberikan ketentraman kepada orang yang hendak belajar.

Kutipan:


Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Shafwan bin 'Assal al-Muradi, dia berkata:"Dahulu aku pernah mendatangi Nabi ketika beliau sedang berada di masjid. Aku berkata pada beliau:"Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk menuntut ilmu". Lantas beliau bersabda:'Selamat datang penuntut ilmu. Sesunguhnya seorang penuntut ilmu akan dikelilingi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka...... dan seterusnya.

Lihat halaman 51 dari buku ini.

Kisah diatas menunjukkan bahwa Rasulullah menyambut orang yang hendak belajar dengan ucapan "Marhaban" atau selamat datang, dan juga menyambutnya dengan memberikan kabar gembira yaitu penuntut ilmu akan dikelilingi oleh para malaikat.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini:


- Kita sebagai orang-tua seharusnya menyambut baik kepada anak yang datang kepada kita untuk belajar atau datang kepada kita untuk bertanya tentang sesuatu.

- Adapun sambutan kita dapat dengan:

  a. Ucapan, misalnya:

      - Maa syaa Allah, pertanyaan yang bagus nak. Mendekatlah, ummi jelaskan tentang hal ini.
      - Wah, anak yang pandai.. Bagian mana yang kurang jelas nak..

  b. Tindakan fisik, misalnya:

      - Ketika anak bertanya sesuatu, pegang tangannya sambil berkata,"Ini penjelasannya nak...... "

  c. Memberikan kabar gembira, misalnya:

      - Maa syaa Allah, ummi senang kamu menanyakan hal ini, berarti tandanya kamu mau mengerti pokok bahasan ini.

- Memberi sambutan hangat akan membuat anak tentram hatinya, dan anak yang tentram akan cepat menyerap ilmu dan nasihat dari orang-tua.


2. Mendekati orang yang ingin bertanya atau menuntut ilmu


Kedekatan jarak atau posisi antara guru dan murid (atau orang-tua dan anak) berpengaruh terhadap ketentraman hati dan tingkat pemahaman atau penguasaan terhadap ilmu atau pesan yang disampaikan.

Hal ini juga pernah saya alami sewaktu bersekolah dulu. Saya paling sering duduk di barisan depan agar dekat dengan guru yang sedang mengajar, Alhamdulillah saya mengerti apa-apa yang disampaikan guru-guru saya tersebut. Saya mencoba sesekali duduk di belakang, walhasil saya tidak tenang dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru. Ketenangan adalah faktor untuk mempercepat sampainya pemahaman, sehingga akhirnya saya balik lagi untuk duduk di barisan depan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan hal yang demikian. Kita dapat melihatnya dalam kisah berikut.

Kutipan:


Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Samurah bin Jundub, bahwa Nabi bersabda:"Hadirilah khutbah dan mendekatlah (merapat sedekat mungkin) kepada imam..... dan seterusnya.

Lihat halaman 59 pada buku ini.

Pada kisah di atas, kita mendapati bahwa Nabi menyuruh sahabat-sahabatnya agar mendekati khatib, mendekati orang yang sedang berbicara menyampaikan pelajaran.


Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini:


- Sebaiknya kita segera mendekat kepada orang yang menyampaikan pelajaran atau nasihat.

- Jika kita mendapati sang anak jauh dari kita ketika kita menyampaikan nasihat atau memberikan       pelajaran, maka seharusnya kita menyuruh sang anak mendekat agar ia jelas dalam mendengar.

  Misalnya:

- Kesinilah nak, mendekatlah , agar ummi dapat menjelaskan dengan terang dan kamu dapat mendengar dengan jelas.


3. Menghadap ke arah lawan bicara ketika menyampaikan pelajaran


Menghadap ke arah lawan bicara sangat mempengaruhi kondisi psikologis dan efektivitas kegiatan belajar. Oleh karena itu kita sebagai orang-tua seharusnya menghadap ke arah sang anak sewaktu memberikan pengajaran, nasihat, dan pengarahan.

Ternyata Nabi telah mencontohkan hal ini kepada ummatnya. Beliau menghadapkan wajahnya ke arah para sahabat, dan para sahabatpun menghadapkan wajahnya ke arah beliau. Simak kisah beliau di bawah.

Ibnu Hajar menerangkan bahwa terdapat hikmah dari menghadap lawan bicara yaitu untuk melahirkan kesiapan mendengarkan ucapan. Ketika mereka menghadapkan wajah, tubuh, mata, hati, dan pikiran mereka, semua akan memudahkan mereka untuk memahami wejangan atau nasihat.

Kutipan:

Riwayat pertama:

Imam Bukhari meriwayatkan dari Bara', dia berkata:"Pada hari raya Idul Adha, Nabi keluar menuju Baqi', lalu shalat dua raka'at. Kemudian beliau menghadapkan wajahnya ke arah kami seraya bersabda:'Sesungguhnya permulaan ibadah kita pada hari ini adalah shalat, .... dan seterusnya.

Lihat halaman 65.

Bukti bahwa para sahabat menghadap ke arah Nabi ketika Nabi menyampaikan pelajaran.

Riwayat kedua:

Iman Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata:"Apabila Rasulullah telah berdiri di atas mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke arah beliau".

lihat halaman 68.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas:


- Hendaknya kita sebagai orang-tua menghadapkan mata, wajah, tubuh, hati, pikiran kepada anak ketika kita memberkikan pelajaran, menyampaikan nasihat kepada anak kita.

- Seharusnya kita mengingatkan anak agar menghadapkan pandangannya ke kita ketika proses belajar mengajar berlangsung.


4. Menenangkan anak/murid sebelum menyampaikan pelajaran.


Tahap awal proses belajar-mengajar adalah menenangkan anak didik sebelum aktivitas pembelajaran dimulai. Artinya adalah orang-tua atau guru membuat tenang atau diam sang anak agar siap untuk menyimak dan menerima pelajaran.

Renungkanlah kisah di bawah agar kita dapat mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Kutipan:


Imam Ibnul Mubarak meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata:"Nabi wukuf di arafah menjelang terbenamnya matahari, lalu beliau berkata:'Hai Bilal, tenangkanlah para jamaah untukku.' Lalu Bilal berdiri dan berkata:'Diamlah kalian untuk menyimak Rasulullah'. Maka jamaahpun diam, lalu beliau bersabda,"Hai para jamaah..... dan seterusnya..

Lihat halaman 74.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas


- Hendaknya kita diam dan bersiap untuk menyimak pelajaran yang akan disampaikan.

- Seharusnya kita sebagai orang-tua mengingatkan dan menyuruh anak kita tenang dan diam sebelum kita memulai penjelasan atau menyampaikan pengajaran.

- Ada tips dan teknik agar anak diam dan memperhatikan kita, salah satunya dengan metode pertanyaan. In syaa Allah akan ada rangkumannya di seri pendidikan anak berikutnya.


Alhamdulillah, akhirnya selesailah rangkuman bagaimana sikap orang-tua sebagai pendidik dalam menyampaikan nasihat dan pengajaran kepada anak didik kita. Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan.


Kunjungi http://katakatamanfaat.blogspot.com untuk melihat artikel yang terbaru tentang pendidikan anak.

Saya akan meneruskan rangkuman pola dan metode yang dicontohkan Nabi dalam mendidik atau memberikan pelajaran pada seri pendidikan anak berikutnya. In syaa Allah.


0 comments:

Post a Comment