Pada pertemuan orang-tua di sekolah anak-anak beberapa waktu yang lalu, hal yang dibahas dan disosialisasikan adalah tentang kurikulum 2013. Kurikulum ini adalah kurikulum pendidikan berbasis karakter. Semoga proses pendidikan berbasis karakter ini mudah dan lancar. Aamiin.

Saya pernah membaca di sebuah majalah parenting, bahwa pendidikan karakter sejak dini intinya adalah pembiasaan untuk berbuat kebaikan sejak dini. Hal yang ditekankan adalah prakteknya, bukan content (teori) nya, jika usianya bertambah barulah diberikan pengertian, teori, atau hakikatnya.

Kesimpulannya, hal yang terpenting mengajari anak usia 0 sampai 7 tahun tentang karakter adalah bukan hanya ditekankan teorinya saja (seperti: membantu orang itu baik, dapat pahala… berbohong itu tidak baik, nanti dosa…. dan seterusnya), namun fokus kepada bagaimana agar anak-anak suka berbuat baik sehingga mereka melakukannya atau mempraktekkannya dan tidak suka berbuat buruk sehingga mereka menjauhinya.


2 kunci sukses pendidikan karakter - suka dan modelling


Kunci sukses pendidikan karakter pada usia 0 sampai 7 tahun


Kunci sukses pendidikan anak usia nol sampai tujuh tahun adalah bangkitkan rasa sukanya.

Diperlukan usaha sungguh-sungguh dari orang-tua agar mereka suka hal-hal yang baik dan bermanfaat.

Pada usia ini, pelajaran teori diberikan hanya seperlunya (sesuai dengan usianya).

Contoh:


– Memberikan teori atau informasi bahwa shalat itu wajib bagi setiap muslim.

Diusia balita, belum perlu untuk diajarkan hal detail tentang shalat, seperti syarat sah shalat, rukun shalat, wajib shalat, hal yang disunnahkan saat shalat.

Hal yang diperlukan adalah informasi dasar bahwa shalat itu wajib dikerjakan lima waktu dan membangkitkan rasa suka anak terhadap aktivitas shalat.

Diperlukan kreativitas orang tua agar anak-anak suka melakukan shalat. sehingga sebelum tujuh tahun, mereka suka akan aktivitas ini, seperti meniru gerakan ketika ayah-bundanya berwudhu, meniru gerakan shalat umminya, dan seterusnya.

Biasakan aktivitas ini dan buatlah aktivitas ini senyaman mungkin, sehingga pada akhirnya dimulai pada usia tujuh tahun mereka telah siap menerima teori dan informasi yang detail dan lengkap tentang wudhu dan shalat yang benar sesuai dengan contoh Nabi agar mereka melakukan ibadah dengan dilandasi ilmu dan terus melakukannya sampai mereka diwafatkan oleh Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang kurang lebih maknanya orang-tua disuruh mengajari/menyuruh anak-anaknya shalat ketika berusia tujuh tahun dan memukul jika pada usia 10 tahun mereka tidak mengerjakannya.


– Memberikan informasi bahwa belajar itu penting.

Diusia balita, belumlah perlu diajarkan tentang cara belajar yang efektif, teknik membaca cepat, cara mencatat yang efektif, dan seterusnya. Hal yang diperlukan mereka adalah informasi dasar bahwa belajar itu perbuatan yang baik dan penting dan membangkitkan rasa sukanya akan aktivitas belajar.

Diperlukan kesungguhan orang-tua untuk membangkitkan rasa suka anak dengan aktivitas belajar, seperti membaca, mendengar, menulis. Buatlah aktivitas itu menjadi aktivitas menyenangkan alias tidak memberatkan.

Buatlah atmosfir yang menyenangkan sehingga rasa sukanya akan aktivitas membaca, mendengar, menulis semakin bertambah. Pada akhirnya nanti, walau tanpa disuruh orang-tua, mereka akan asyik membaca dan melakukan aktivitas pembelajaran secara mandiri dan sepenuh hati walaupun rintangan menghadang.


Metode pendidikan karakter di usia 0-7 tahun


Metoda yang paling mengena dihati anak-anak adalah modelling, pada rentang usia 0 sampai 7 tahin, 10% adalah aktivitas verbal (teori, berdiskusi, dan seterusnya) dan 90% adalah tindakan atau menunjukkan keteladanan.

Anak-anak pada usia ini sangat peniru, oleh karena itu orang-tua harus menunjukkan tindakan dan karakter yang baik sehingga anak-anak meniru kebaikan orang-tua.

Contoh:

– Jika orang-tua ingin anak laki-lakinya pada usia tujuh tahun nanti, melakukan shalat lima waktu di masjid, maka ayahnya harus menunjukkan keteladanan dengan memberikan contoh jika adzan berkumandang maka segera mendatangi masjid untuk shalat.

– Jika orang-tua ingin anaknya jujur dalam berkata dan menepati janji, maka orang-tuanya yang pertama kali harus mencontohkan hal itu.

Misalnya: jika berjanji membelikan sesuatu hadiah ketika anaknya berprestasi, maka penuhilah janji itu.

– Jika orang-tua ingin anaknya menjadi anak yang santun dan penyayang, maka orang-tuanya harus memberikan contoh. Misalnya: penuh empati dalam berinteraksi dengan anak, menciumnya, berlaku lemah lembut dalam bercengkrama dengannya, dan seterusnya.

Salah satu kajian pendidikan anak dalam Islam yang terkait dapat didengarkan di sini.

http://kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Abdullah%20Zaen/Silsilah%20Fiqih%20Pendidikan%20Anak



0 comments:

Post a Comment