Indahnya pemandangan di pemukiman baru ini. Bukan karena banyaknya pohon dan artistiknya taman, bukan karena megahnya rumah yang menjulang pada pemukiman itu. Namun indahnya adalah karena panorama yang terpampang jelas di depan mata, sebuah pemandangan aktivitas sekumpulan anak-anak seusia SD yang berlari-larian. Mereka bermain lepas, beraktivitas luar ruangan yang mengasyikkan.

cara mendidik anak paling efektif dengan tauladan


Sekali lagi bukan karena aktivitas permainan luar ruangan itu yang berkesan. Akan tetapi, aksi spontan mereka ketika mendengar adzan bergema dari corong speaker masjid. Seketika itu juga, mereka rehat dari aktivitasnya, ada yang langsung pulang mengganti bajunya lalu ke masjid, ada pula yang langsung berjalan menuju masjid.

Disela menunggu iqamah dikumandangkan sebagai pertanda didirikannya shalat, saya perhatikan sekeliling. Saya jumpai anak-anak tadi duduk menunggu iqamah. Ketika iqamah tiba, mereka berbaris rapih menuju shaf dan mendirikan shalat.

Saat itu adalah shalat ashar. Selepas shalat, saya lihat mereka duduk di selasar masjid, bercakap-cakap sebentar untuk kemudian pulang.

Saya masih di sana. Untuk kemudian jam lima tepat, saya lihat satu per satu datanglah mereka. Ternyata jadwalnya mengaji. Belajar dari jam 5 lewat 30, disela oleh shalat maghrib, dan diakhiri pada waktu ditunaikannya shalat isya.

Saya masih mengamati. Kali ini saya mengamati aktivitas mereka belajar. Mereka terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang belajar dari buku iqro, ada yang tilawah Al-Qur'an. Saya agak mendekat. Sayup sayup terdengar ada anak yang menyetor hafalan surat Al-hasyr. Saya alihkan pendengaran ke kelompok berikutnya, hmm ternyata ia muroja'ah surat Al-Jin. Alangkah nikmatnya pemandangan ini. Melihat generasi penerus begitu antusias dalam belajar ilmu syar'i.

Kenikmatan ini terhenti sementara karena shalat isya akan ditunaikan. Akan tetapi berganti dengan kenikmatan lainnya yaitu shalat bersama mereka sang generasi penerus ummat.

Itulah pengalaman ruhani berada di pemukiman itu. Pengalaman saya berlanjut indah ketika berinteraksi dengan ayah-ayah mereka.

Setelah berinteraksi intens dengan mereka, barulah saya paham mengapa anak-anak mereka antusias pergi shalat berjamaah dan belajar mengaji di masjid. Ternyata ayah-ayah merekapun mempunyai semangat yang sama dalam aktivitasnya di masjid. Mereka aktif mengadakan dan mengikuti kajian di masjid, ada pelajaran bahasa arab, tahsin Al-Qur'an, mengkaji kitab ilmu-ilmu dasar Islam. Disamping itu, masjid hidup dengan shalat jamaah lima waktu yang dilakukan oleh mereka.

Pasti sobat tahu akan peribahasa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Tafsiran bebasnya adalah perilaku anak tak jauh dari kepribadian orang-tuanya. Dengan pengalaman ruhani di pemukiman ini, saya mendapatkan sebuah pelajaran hidup.

Apa pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman ini? Pelajarannya yaitu cara mendidik anak paling efektif adalah dengan keteladanan. Dengan kata lain cara mendidik anak yang baik adalah dengan memberikan contoh yang baik kepada anak.

cara mendidik anak yang baik dan efektif dengan teladan


Ada tulisan yang senada dengan ini, ditulis oleh ustadz Aan Chandra Thalib. Saya mendapatkannya dari BBM yang memang beliau mem-broadcast tulisan beliau via BBM (Blackberry Messenger).

Di bawah inilah uraian beliau tentang pendidikan melalui keteladanan:  

Ketika engkau membantu seorang fakir, dihadapan anakmu, itu jauh lebih baik ketimbang ribuan pelajaran tentang sedekah.

Ketika engkau membuang sampah pada tempatnya, didepan anakmu, itu jauh lebih baik ketimbang khutbah tentang kebersihan.

Ketika engkau melaksanakan shalat diawal waktu, itu lebih mendidik ketimbang ratusan ceramah tentang kedisiplinan.

Ketika engkau meletakkan beberapa botol air mineral di depan masjid, itu jauh lebih berharga ketimbang ribuan seminar tentang kemanusiaan.

Didiklah anak-anakmu dengan qudwah (keteladanan), bukan dengan sekedar teori.

____________________
Madinah 04-01-1437 H
ACT


Baca juga:
Mengajak anak kegiatan berkebun

0 comments:

Post a Comment